Mohon tunggu...
Muhamad Husni Tamami
Muhamad Husni Tamami Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis, dan Entrepreneur

Menebar kebaikan dan kemanfaatan. Selengkapnya di www.muhamadhusnitamami.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Bukan Langkah Terakhir

14 Oktober 2020   16:18 Diperbarui: 14 Oktober 2020   16:22 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya di tengah menggunakan kemeja biru bersama mahasiswa Jalur Ketua OSIS 2019. (Dokpri)

"Tenang Ni, jangan bersedih. Ini bukanlah akhir dari segalanya. Ingat, Allah telah merencanakan yang terbaik untukmu," kata Pa Uchan, guru PKN di sekolahku yang selalu memotivasi diriku untuk terus bangkit dalam menggapai mimpiku.

Perasaan resah ku alami usai melihat layar pengumuman. Saat itu, aku bertekad memilih IPB sebagai prioritas dalam hidupku untuk melanjutkan perjuangankan dalam dunia pendidikan. 

Aku memang manusia yang tak tahu diri, ketika angka-angka mewarnai raportku tak begitu bagus, bahkan naik turun tapi masih bertekad untuk masuk IPB. Aku tahu bahwa ketika ingin lolos SNMPTN nilai raport tidak boleh ada yang turun. Harus naik, minimal bertahan.

IPB memang menjadi prioritasku. Ketika SNMPTN, 2 pilihan ku tujukan pada kampus  pertanian terbaik bangsa. Pilihan pertama Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, kedua Ekonomi dan Sumberdaya Lingkungan. Namun, takdir berkata lain. Impianku yang satu ini terbang ke atas awan meninggalkan awaknya.

"Oh iya, kamu kan ketua OSIS. Bukannya ada ya jalur khusus ketua OSIS, Ni? Tanya lelaki beralis tebal yang memberi motivasi usai melihat layar pengumuman.

"Iya pa, ada jalur khusus ketua OSIS"

"Kenapa ga coba aja? Bukannya salah satu syaratnya adalah menulis essai gitu ya? Kamu kan suka menulis. Coba aja pake jalur ketua OSIS"

Mendengar kata "menulis" membuatku semangat untuk mengejar impian yang terbang ke atas awan itu. Saat itu, persyaratan masuk jalur ketua OSIS nya masih tahun 2018 yang mana tertera bahwa salah satu syaratnya adalah menulis essai tentang Pembangunan Bangsa di Masa Mendatang.

Berbagai informasi ku cari tentang jalur ketua OSIS. Bahkan aku cari informasi juga bagaimana nanti selepas lolos melalui jalur ketua OSIS. Entah apa yang ada dibenakku. 

Aku mencoba mencari jawaban dari pertanyaanku. Aku hanya bisa berikhtiar untuk bisa lolos melalui jalur ini dan kembali mengejar mimpi yang terbang ke atas awan.

Motivasi itu kini menjadi penyemangat baru. Aku yakin bahwa anak seorang penjahit ini bisa menjadi pelita bangsa dan agama di kemudian hari. Ayahku memang bukanlah orang yang punya. Tapi aku bersyukur setiap hari selalu ada rejeki yang Tuhan berikan kepada kami untuk menjalani kehidupan ini.

***

"Pa, Husni mau coba melalui jalur ketua OSIS di IPB. Siapa tau ini adalah jalannya," kataku pada Pa Dede, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.

"Bagus Ni, saya dukung"

Tak hanya itu, aku pun meminta ridho' pada sang ayah. Walau ibuku telah dulu meninggalkanku, tapi aku masih tetap semangat untuk mewujudkan mimpiku hingga aku bisa membuatnya bahagia.

"Bah, Husni bad nyobian lebet IPB nganggo jalur ketua OSIS, kumaha? (Bah, Husni mau coba masuk IPB menggunakan jalur ketua OSIS, bagaiamana?) kataku pada sang pahlawan hidupku, ayah.

"Nya, mudah-mudahan we hasil nganggo jalur ketua OSIS. Abah do'akeun" (Iya, mudah-mudahan saja berhasil menggunakan jalur ketua OSIS. Abah do'akan")

Selain itu, aku juga meminta do'a dan dukungan pada pelita pendidikanku. Baik itu yang menjadi pelita pendidikan di SMP maupun di SMA.

***

Setelah semua berkas selasai, aku kirimkan berkas itu pada sebuah web pendaftaran IPB. Saat itu, aku sedang mengikuti Pesantren Kilat, karena waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Di sela-sela kesibukanku dalam menimba ilmu agama, aku kirimkan semua berkas itu. Aku berharap, di bulan yang suci ini harapan untuk mengejar mimpi itu bisa terwujud.

Dalam salah satu berkas yang ku kirimkan, ada hal yang tidak akan pernah aku lupakan, yaitu di saat aku menulis deskripsi kepemimpinanku. Awalnya aku menulis deskripsi sebanyak 1000 kata. Padahal dimintanya hanya 1000 karakter. Saat itu, aku tak tau perbedaan antara kata dan karakter. Tapi, sekarang aku tau perbedaannya.

Ini adalah deskripsi yang pertama aku tulis.

Muhamad Husni Tamami adalah nama lengkap saya. Namun, semua orang biasa memanggil dengan nama Husni. Sebuah kampung yang asri dan damai tepatnya di daerah Pasir Angin Bogor merupakan tempat kelahiran saya pada hari Sabtu 19 Oktober 2000. Lahir dari 4 bersaudara dan merupakan anak kedua. Ayah bernama Muhamad Asep Hilman HR sedangkan ibu bernama Dede Yiyih Djaronah. Didikan orangtua yang agamis, penuh kesabaran, dan displin menjadikan saya seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan. Namun, kedukaan pun menyelimuti keluarga saya. Ibunda tercinta lebih dulu meninggalkan kami saat saya duduk di bangku kelas 8. Kepergian orang yang paling saya cintai menjadikan motivasi saya untuk menjadi insan penerang di masa yang akan datang.

SDN Pasir Angin 01 merupakan tempat pertama kali saya menimba ilmu di pendidikan formal. Saat itu jiwa kepemimpinan saya belum muncul. Selepas lulus Sekolah Dasar, saya melanjutkan pendidikan formal di SMPN 1 Megamendung Bogor. Di sanalah awal mula mengenal tentang kepemimpinan, terutama kepemimpinan di sekolah. Berawal dari kegiatan ekstrakurikuler Pramuka, kemudian aktif di OSIS dan saya diberi amanah untuk menjadi ketua OSIS. Masa SMP merupakan awal mula jiwa kepemimpinan saya tumbuh berkembang. Memiliki kesempatan menjadi seorang pemimpin di sekolah banyak memberikan pembelajaran dan pengalaman yang berharga terutama di bidang organisasi sekolah.

Selepas menempuh pendidikan di SMP, saya melanjutkan sekolah di SMAN 1 Cisarua. Di SMA, kepemimpinan saya mulai terlihat. Apalagi saat saya kembali aktif di kepengurusan OSIS. Di kelas 10, saya sudah menjadi wakil ketua OSIS. Saya bersyukur, karena saya bisa mendapatkan amanah untuk membangun dan memajukan kegiatan kesiswaan di SMAN 1 Cisarua.

Selama 1 tahun menjabat wakil ketua  OSIS, masa kepengurusan pun berakhir. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan mengadakan pemilihan pengurus OSIS yang baru. Alhamdulillah saya dipercaya untuk menjadi ketua OSIS baru masa bakti 2017-2018. Bagi saya, ini adalah kesempatan emas untuk mengembangkan kemampuan saya di bidang kepemimpinan.

Seorang pemimpin tentu harus menjadi contoh dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai terpuji. Karena seorang pemimpin adalah public figure dan orang-orang akan selalu menilai pemimpin tersebut. Ketika menjadi ketua OSIS, saya belajar untuk menjadi pemimpin yang baik, amanah, bertanggung jawab, dan peduli kepada anggotanya.

Selama memimpin OSIS, saya membuat program dengan terobosan baru kepada sekolah. Program yang saya dan rekan-rekan pengurus buat adalah program terbaik yang dipilah dari beberapa program yang diusulkan saat rapat pembentukan program kerja.

Program yang saya buat selama memimpin OSIS di SMAN 1 Cisarua diantaranya GDS, Murotal Qur'an, Perayaan Hari Besar Islam (PHBI), Gerakan Amal Siswa (GAS), Perayaan Hari Besar Nasional (PHBN), Senyum Sapa, Pentas Seni, Turnamen Futsal, Lomba Ketangkasan Baris-Berbaris (LKBB), Sekolah Berwawasan Lingkungan, Senam Sehat, Class Meeting, Sanggar Seni, Rebo Nyunda, Pengajian, dan Bakti Sosial.

Dalam setiap melaksanakan program, saya berusaha memberikan contoh kepada pengurus lainnya. Saya bukan pemimpin yang hanya menunjuk lalu duduk manis melihat anggotanya sengsara, tetapi saya turun dan ikut serta membantu. Salah satu contohnya adalah saat pra kegiatan pentas seni. Saya bersama tim pencari sponsor berusaha untuk mendapatkan dana. Saat itu, salah satu sponsornya adalah minuman. Saya bersama tim menjual minuman tersebut ke berbagai tempat. Walaupun hari libur, saya bersama tim selalu bersemangat, karena keinginan saya kegiatan pentas seni tersebut bisa sukses hingga mencukupi dananya mencukupi.

Selain itu, saya juga selalu membagi tugas kepada setiap pengurus. Saya berusaha selalu memberikan contoh dan pengarahan kepada masing-masing pengurus yang mendapatkan tugas saat pelaksanaan program kerja. Di sinilah peran seorang pemimpin harus bisa memanajemeni sebuah organisasi dengan cara membagi tugas kepada setiap pengurusnya.

Saya bersyukur, karena selama menjalankan program kerja selalu didukung oleh pihak sekolah dan siswa-siswi SMAN 1 Cisarua. Tak hanya itu, rekan-rekan pengurus OSIS pun selalu terlibat aktif dalam menyukseskan program kerja OSIS. 

Tentu sebagai pempimpin harus berkoordinasi dan berkomunikasi pada pimpinan yang lebih tinggi. Saya pun demikian. Saya selalu berkoordinasi dengan pembina OSIS kemudian pembina OSIS dilanjutkan ke wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan akhirnya disetujui kepala sekolah.

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah saya selama menjadi ketua OSIS bisa menjadi pemimpin yang baik dan selalu setia kepada anggotanya. Walaupun hambatan dan tantangan selalu ada, tapi saya bersama rekan-rekan pengurus bisa mengatasinya.

Kepemimpinan saya tak hanya dibentuk di OSIS saja, melainkan dari ekskul atau organisasi lainnya, baik yang berada di sekolah maupun di luar sekolah, diantaranya saya pernah menjadi koordinator Forum Pelajar Sadar Hukum dan HAM (FPSH HAM) Kab. Bogor sekaligus pengurus Provinsi Jawa Barat, dewan pengarah FPSH HAM Kab. Bogor, ketua Pelajar Pelopor Keselamatan Jalan (PPKJ) Kab. Bogor, wakil ketua PMR unit SMAN 1 Cisarua, wakil ketua Forum Anak Cisarua (Facis),  sekretaris Dewan Kerja Ranting Cisarua, Bendahara Pramuka SMAN 1 Cisarua, dan anggota sekaligus seksi bidang dakwah Rohis SMAN 1 Cisarua. Selain itu, saya juga aktif di bidang kepenulisan, diantaranya Ibarat Kata dan Komunitas Penulis Nusantara. Di Ibarat Kata, kebetulan saya menjadi pendirinya. Tak hanya itu, saya juga aktif di media pers Ekskul News sebagai admin dan pewarta berita.

Saya senang bisa menjadi pemimpin dan belajar dari organisasi. Harapan saya, saya ingin menjadi pemimpin bangsa di masa mendatang yang akan membawa bangsa dan negara Republik Indonesia ke arah yang lebih baik.

Setelah tulisan itu benar-benar selesai, aku kirim tulisan itu pada beberapa guru seperti Bapak Wawan Yusman, Ibu Ima, Ibu Riri, Bapak Ruslan, Ibu Emi, dan Bapak Oleh untuk dinilai kelayakannya. Dengan syukur Alhamdulillah, tulisan yang ku kirim dinilai baik, walau ada beberapa yang harus direvisi.

Akan tetapi, setelah aku masukkan tulisan tersebut dalam kolom Deskripsi Kepemimpinan, ternyata tulisan tersebut terpotong, karena terlalu banyak. 

Aku pun mencoba mencari tahu kenapa bisa seperti ini. Ternyata jumlahnya terlalu banyak. Harusnya 1000 karakter bukan 1000 kata. Di sini lah aku paham bahwa kata dan karakter itu beda.

Lalu, aku coba pangkas dan rangkum hingga menjadi 1000 karakter. Ini deskripsi kepemimpinanku yang sudah ku pangkas.

Selama menjadi ketua OSIS, saya selalu mengimplementasikan nilai-nilai positif seorang pemimpin dalam sebuah organisasi, diantaranya menjunjung tinggi nilai religi, menjalin kedekatan dengan pengurus, memberikan semangat dan motivasi kepada pengurus, memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada pengurus, mendengarkan pendapat atau keinginan pengurus, ikut serta membantu pelaksanaan setiap program kerja, bertanggung jawab penuh terhadap organisasi, mengakui kesalahan dan kekurangan, selalu belajar dari lingkungan sekitar, memberikan apresiasi terhadap prestasi pengurus, selalu bijak dalam menentukan suatu keputusan, selalu berkoordinasi pada pimpinan, dan menjaga interaksi yang baik dalam organisasi. Selama memimpin, saya membuat program dengan terobosan baru kepada sekolah. Tujuannya untuk membantu kesiswaan dalam membangun dan memajukan sekolah. Kepemimpinan saya tidak hanya dibentuk dari OSIS saja, tetapi dari berbagai organisasi mulai dari tingkat sekolah hingga nasional

Dengan percaya diri, akhirnya tulisan hasil pangkas tersebut dikirimkan ke web pendaftaran IPB jalur ketua OSIS.

***

Selama menunggu hasil pengumuman jalur ketua OSIS, aku juga coba ikhtiar menggunakan jalan lain. Kebetulan aku terdaftar di Bidik Misi. Kata guru BP/BK ku untuk yang terdaftar di Bidik Misi bisa ikut UTBK dengan gratis. Konon pada saat itu jika bayar sebesar Rp. 200.000. Bagiku, itu lumayan nominalnya.

"Wah ini kesempatan nih. Aku harus coba," sahutku dalam hati.

Berbagai langkah aku jalani dan ikuti. Ketika melihat teman seperjuanganku, ada yang UTBK nya di luar Bogor pada saat gelombang 1, ada yang di Bekasi, Depok, bahkan Jakarta. Tapi di sisi lain, ada juga yang di wilayah Bogor. Walau hanya segelintir orang.

Dengan jiwa yang optimis diiringi kalimat Bismillah akhirnya aku selesaikan pendaftaran UTBK itu dan muncul waktu dan tempat UTBK ku. Dengan syukur Alhamdulillah, UTBK ku tak jauh dari rumahku, lokasinya di SMKN 2 Bogor. Hanya membutuhkan waktu 30 menit jika menggunakan sepeda motor.

Namun, yang ingin ku ceritakan adalah di saat aku mengikuti UTBK gelombang kedua. Ketika itu aku belum mengetahui hasil UTBK gelombang pertama.

Lokasi UTBK gelombang kedua adalah di IPB bersamaan dengan awal bulan Ramadhan. Jujur, aku memang belum pernah ke IPB. Ini adalah awal pertama kali aku menginjak kaki ke IPB, yaitu pada saat UTBK gelombang kedua.

"Ban, lagi di mana ? Anter yuk  ke IPB. Husni lokasi UTBK gelombang keduanya di IPB."

"Oke siap," kata sahabatku, Saepul Sa'ban yang kini menjadi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Program Studi Pendidikan Agama Islam.

Dengan membawa motor Beat merah milik Bu Nurmi guru B. Inggris SMPN 1 Sukajaya akhirnya membawaku ke gerbang kampus pertanian terbaik bangsa. Aku merasa kagum melihat indah dan sejuknya atmosfer IPB. Aku coba keliling kampus impianku, sambil menunggu waktunya tiba.

Seperti biasa, tempat yang selalu aku tuju adalah masjid. Di mana pun aku berada. Di sanalah aku merasakan ketenangan dan kenikmatan yang hakiki. Bersama sahabatku, aku sempatkan sholat Dzuhur di Masjid Al-Hurriyyah IPB, karena pada saat itu sudah masuk Dzuhur.

Dengan semangat perjuangan, usai sholat Dzuhur aku bergegas menuju tempat UTBK ku, di lab. Komputer fakultas MIPA. Di samping semangat perjuangan, diriku ini merasa cemas. 

Rasa cemas ini menyelimuti jiwaku. Yang membuatku cemas bukan apa--apa, melainkan waktu. Saat itu aku takut tertinggal dan tidak bisa mengikuti UTBK. Tapi, dengan izin Alah, Alhamdulillah aku masih sempat mengikuti UTBK.

***

UTBK dimulai, di saat orang lain pusing memikirkan jawaban dalam sebuah layar, aku mencobanya untuk menghibur diri. Aku teringat kepada guru PKN ku yang kini menjadi PNS, kata guruku, ketika mengisi sebuah naskah soal jangan dianggap pusing dan menjadikannya itu sebagai sebuah beban, tapi santai saja dan isilah soal-soal itu sesuai kemampuan kita dan yakin pada Sang Pencipta.

Kata-kata itu membuatku tak pusing seperti orang-orang yang di sampingku. Pusing karena memikirkan sebuah jawaban yang pasti. Aku hanya bisa berikhtiar, sisanya serahkan pada Sang Pencipta.

UTBK gelombang kedua selesai. Motor Beat merah itu membawaku pulang. Di perjalanan, suara adzan mulai berkumandang. Akhirnya motor merah ini membelokkan perjalananku ke sebuah masjid.

Sungguh betapa mulianya pengurus masjid itu. Di saat berbuka, Alhamdulillah kami berdua disajikan santapan berbuka. Entah mengapa aku suka dengan masjid. Bagiku masjid bukan hanya tempat beribadah, tapi tempat menenangkan diriku.

***

Semua rangkaian UTBK telah ku lalui. Kini aku tinggal melihat hasil. Saat itu hasil UTBK gelombang pertamaku 547 (rata-rata) dan gelombang kedua (541). Hanya berbeda sedikit, tapi membutuhkan pengorbanan yang berarti.

Selepas melihat hasil, kebingungan mulai menyelimuti diriku. Aku bingung harus memilih yang mana. Jujur, diriku ini sangat resah, aku malu belum bisa lolos di Perguruan Tinggi Negeri. Aku melihat teman-temanku sudah lolos di tempat yang diinginkannya. Tapi aku yakin bahwa Tuhan sudah menyiapkan yang terbaik untukku.

Setelah didiskusikan dengan orang tua, guru, dan orang dekat lainnya, aku putuskan hasil UTBK ini akan ku tujukan pada PTN melalaui SBMPTN ke Kota Pempek (Universitas Sriwijaya) dan kota dekat pesisir pantai, Banten (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa). Mulai saat itulah aku berfikir apakah harus berlayar menembus samudera atau menikmati di pesisir pantai.

Selain SBMPTN, aku juga sudah siapkan planning yang paling pahit, yaitu menimba ilmu di Kota 1001 nama, yakni di Ibukota kita tercinta.

Mulai saat itu, aku fokuskan pada 3 pilihan, antara masih menikmati guyuran hujan, berlayar menembus samudera, berkiprah di pesisir pantai, atau menikmati di Kota 1001 nama.

***

Hari pengumuman SBMPTN telah tiba. Di saat orang lain cemas dengan hasil pengumumannya, aku hanya santai dan tenang. Karena prisnipku, aku sudah berikhtiar sesuai dengan kemampuanku, kini saatnya aku serahkan pada Sang Penentu sesungguhnya. Apappun hasilnya, aku akan terima dengan senang hati.

Detik terus berputar hingga saatnya waktu pengumuman telah tiba. Dalam status salah salah satu media sosial ada temanku yang diterima, ada juga yang belum diterima. Di samping ketenanganku, memang ada rasa cemas juga. Tapi bagiku itu wajar, yang pasti aku jangan kecewa di saat hasilnya tak sesuai dengan harapanku.

Usai melaksanakan ibadah sholat Ashar, ku buka alat canggihku. Aku mulai coba membuka hasil pengumuman itu.

Diawali dengan Basmalah dan diakhiri dengan Hamdalah akhirnya dengan ucapan syukur pada Sang Pencipta aku diterima di PTN Universitas Sriwijaya Palembang dengan Program Studi Pendidikan Sejarah. Di saat itu juga aku sujud sebagai tanda bersyukur atas nikmat Allah SWT.

Saat itu juga aku kabari orang tuaku, lalu beberapa guruku. Tapi, aku belum memberi tahu kepada banyak orang. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya beberapa orang dalam cakupan luas sudah mulai mengetahuinya.

***

"Yang penting sudah ada pegangan di Perguruan Tinggi Negeri. Tinggal sekarang tunggu hasil di IPB jalur ketua OSIS," benakku mengatakan demikian.

Aku memang nekad ingin bisa masuk ke IPB. Ada beberapa guru yang bilang bahwa prodi yang aku ambil adalah prodi yang banyak diminati. Konon prodi di jalur ketua OSIS masih sama dengan SNMPTN, yaitu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dengan Ekonomi dan Sumberdaya Lingkungan.

Aku dan orang tuaku sudah sepakat bahwa jika IPB ini lolos, aku akan mengambil di IPB. Karena lokasinya dekat dengan rumahku dan berkualitas.

Ketika pengumuman di IPB diundur, aku mulai cemas kembali, walau kecemasanku tak diperlihatkan. Seperti halnya pengumuman SBMPTN, aku hanya berharap rencanaku sesuai rencana Tuhan.

Guru-guruku di sekolah menanyakan tentang pengumuman jalur ketua OSIS di IPB.

"Ni, gimana IPB?"

"Ni, kumaha IPB?"

"Sudah ada pengumuman yang jalur ketua OSIS itu?"

Dan pertanyaan lainnya. Berbagai pertanyaan menyelimuti isi kepalaku. Aku hanya menjawab sederhana saja.

"Mohon do'anya saja," kataku.

Aku berusaha untuk tidak pernah kecewa pada keputusan Tuhan. Mau bagaimanapun aku harus bisa menerimanya, walau tak sesuai dengan keinginanku.

***

Di hari pengumuman, aku sempatkan untuk bersilaturahmi dengan teman-temanku. Pada hari itu, teman-teman kelasku mengadakan kumpul. Walau tidak semuanya. Aku pun ikut kumpul. Aku ingin silaturahmi dengan teman-temanku bisa semakin erat hingga tua nanti.

Harusnya pengumuman itu pada pukul 16.00 WIB, tapi saat aku coba status web nya masih proses seleksi. Hati mulai bergetar. Kecemasan mulai melanda kembali pada diriku ini. Lalu, aku tanyakan pada kakak tingkat ku yang kini sudah berkuliah di IPB.

Hampir menunggu 1 jam, akhirnya pengumuman IPB sudah bisa dibuka. Dengan berharap penuh pada Sang Maha Kuasa Alhamdulillah akhirnya muncul tulisan "Anda dinyatakan lulus seleksi Pendaftaran Mahasiswa Baru IPB Tahun Akademik 2019/2020 Jalur Ketua OSIS Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyrakat."

Alhamdulillah, lalu ku sandarkan keningku pada lantai seraya menyukuri nikmat-Nya. Aku pun kembali mengabari orang tua ku dan guru-guruku.

"Alhamdulillah teman-teman, Husni lolos di IPB. Makasih ya do'anya," ungkapku dihadapan teman-temanku.

"Alhamdulillah" kata teman-temanku.

Setelah penguman itu, aku kembali bersemangat. Kini impian yang terbang lebih dulu itu dapat ku kejar. Akhirnya aku masih bisa menikmati guyuran hujan di kotanya, yakni Bogor Kota Hujan.

***

Selepas pengumuman jalur ketua OSIS IPB, kebingungan kembali melanda diriku. Posisiku saat ini adalah diterima di dua PTN. Yang menjadi permasalahannya adalah di Unsri aku memang terdaftar Bidik Misi sedangkan di IPB aku belum terdaftar. 

Jika Bidik Misi di Unsri lolos, artinya aku tak harus memikirkan masalah biaya. Tinggal aku belajar yang rajin dan menggapai mimipi di Palembang itu. Di IPB, aku kaget ketika dihadapi biaya yang cukup besar. Biaya Pengembangan Instansi dan Fasililitas (BPIF) membuatku terhambat dalam menggapai mimpiku.

Aku coba untuk istikharah, meminta yang terbaik pada Allah. Aku juga berikhtiar dengan cara yang lain. Aku ingin menggapai mimpiku di kampus pertanian terbaik ini, yakni di IPB.

Aku yakin bahwa Tuhan telah menyiapkan yang terbaik untukku dan semoga IPB ini adalah pintu gerbang menuju kesuksesanku. Hakikatnya adalah Allah yang membuatku sukses, tapi syariatnya adalah ikhtiarku.

Semoga Allah selalu meridho'i setiap hembusan nafas dan langkahku. Semoga aku bisa membuat orang tuaku bahagia dan bangga. Semoga diriku ini menjadi pribadi yang bermanfaat bagi nusa, bangsa, dan agama.

Selain itu, aku juga yakin bahwa IPB akan menjadi pelengkap tulisan rumpangku. Dalam hidupku, aku ingin setelah sukses nanti bisa berbagi kepada orang lain. Melalui media tulisan ataupun lainnya. Yang pasti IPB ini akan menjadi bagian cerita hidupku. Semoga aku bisa lulus dengan sempurna di kampus pertanian terbaik bangsa ini.

Diakhir tulisan ini, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan ribuan nikmat kepadaku. Selain itu, ucapan terima kasih juga aku ucapkan kepada orang tuaku, guru-guru SDN Pasir Angin 01, guru-guru SMPN 1 Megamendung, guru-guru SMAN 1 Cisarua, dan teman-teman yang selalu menyemangati hidupku. 

Ucapan khusus ingin ku sampakan kepada Bapak Wawan Yusman Darmawan, Ibu Emi Sartika, Ibu Endang Sugiharti, Bapak Oleh Ruhayana, Ibu Evi, Bapak Ruslan, Ibu Ria, Ibu Cici, Ibu Ima, Ibu Riri, Ibu Wiwi, Bapak Dede, Bapak Budi, Abi Adin, dan orang-orang terbaik yang pernah ada dalam hidupku. Mohon maaf jika tidak bisa disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa ucapan terima kasihku kepadanya.

Muhamad Husni Tamami

Bogor, Juli 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun