Kurikulum Merdeka tidak hanya mengejar capaian akademik, tetapi juga mendorong pembentukan karakter yang kuat, seperti gotong royong, integritas, dan kemandirian.Nilai-nilai ini dikembangkan melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, yang terintegrasi dalam kegiatan belajar, bukan sekadar program tambahan.Siswa diarahkan untuk menjadi pelajar yang bernalar kritis, kreatif, berakhlak mulia, dan berkebinekaan global.
5.Penilaian yang Lebih Holistik
Penilaian tidak hanya fokus pada hasil akhir ujian, tetapi juga memperhatikan metode evaluasi yang mempertimbangkan seluruh aspek perkembangan, bukan hanya satu atau beberapa aspek tertentu. Ini berarti penilaian tidak hanya melihat nilai ujian atau tugas, tetapi juga mempertimbangkan aspek sosial, emosional, dan keterampilan lainnya. Penilaian holistik memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kesejahteraan dan potensi individu.
Kurikulum Merdeka membawa semangat baru dalam pendidikan Indonesia. Dengan pendekatan yang lebih fleksibel, berpusat pada siswa, dan memberi ruang bagi guru untuk berinovasi, kurikulum ini berpotensi menjadi terobosan besar. Namun, di balik semua itu, ada tantangan nyata---dari kesiapan guru, fasilitas sekolah, hingga dukungan dari orang tua dan lingkungan.Keberhasilan Kurikulum Merdeka sangat bergantung pada bagaimana semua pihak terlibat dan bekerja sama. Jika dijalankan dengan sungguh-sungguh dan bertahap, kurikulum ini bisa menjadi jawaban atas berbagai persoalan pendidikan. Tapi tanpa komitmen bersama, ia justru bisa menjadi beban baru.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI