Mohon tunggu...
M Agung Laksono
M Agung Laksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang suka nulis, diskusi, pantai dan main instagram.

Sekretaris Bidang Media dan Propaganda DPP GMNI. Disc: Tulisan bersifat pribadi, kecuali ada keterangan dibagian bawah artikel.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

2024: Saatnya PDI Perjuangan Kembali Menjadi Partai Pelopor

13 Agustus 2023   10:54 Diperbarui: 13 Agustus 2023   10:56 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Berdikari Online.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) selama ini telah mengambil peran penting dalam panggung politik Indonesia. Dengan akar ideologis yang dalam, partai ini memiliki koneksi historis dengan konsep Marhaenisme yang diasosiasikan dengan bapak pendiri bangsa, Soekarno. Marhaenisme, dalam konteks politik Indonesia, mengedepankan kesejahteraan rakyat kecil dan pekerja, serta mengecam eksploitasi yang terjadi di bawah pemerintahan kolonial.

Namun, dalam perjalanannya, PDI-P telah menghadapi dinamika politik yang kompleks. Selama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), partai ini telah menjadi salah satu pendukung utama kebijakan-kebijakan pemerintah, termasuk UU Cipta Kerja atau yang sering dikenal dengan istilah "Omnibus Law". UU ini bertujuan untuk merampingkan regulasi dan mendorong investasi, tetapi juga menuai kontroversi karena dianggap mengancam hak-hak pekerja.

Hal ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana PDI-P, yang memiliki akar ideologis dalam Marhaenisme, bisa mendukung kebijakan yang terkadang bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut?

Pertama-tama, kita harus mengakui bahwa politik seringkali membutuhkan keseimbangan antara ideologi dan pragmatisme. PDI-P mungkin melihat dukungan terhadap pemerintah Jokowi sebagai langkah yang melayani kepentingan nasional dan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, dengan pandangan yang lebih mendalam, kita dapat melihat bahwa PDI-P mungkin juga merangkul perubahan ideologis seiring pergeseran dinamika sosial dan ekonomi di Indonesia. Dalam era globalisasi dan kompetisi ekonomi yang semakin ketat, partai politik seringkali dihadapkan pada tantangan untuk beradaptasi dengan perubahan dan mengambil langkah-langkah yang sesuai dengan kondisi masa kini.

Dengan mendekati Pemilihan Presiden 2024, PDI-P kembali berada di persimpangan. Meskipun kontroversi seputar UU Cipta Kerja masih berlanjut, partai ini memiliki peluang untuk membuktikan kesetiaan terhadap prinsip-prinsip Marhaenisme yang mendasarinya.

Apakah PDI-P akan terus berada di jalur pragmatisme politik atau akan kembali merangkul nilai-nilai ideologis yang lebih kuat?

Di tengah tuntutan dari berbagai pihak, PDI-P perlu mengambil sikap yang mencerminkan komitmen nyata terhadap kesejahteraan rakyat dan perlindungan hak-hak pekerja. Partai ini memiliki potensi untuk kembali menjadi pelopor dalam membawa perubahan positif, dengan memadukan prinsip-prinsip Marhaenisme yang dianutnya dengan kebijakan-kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Tentu saja, proses ini tidak akan mudah. Namun, jika PDI-P mampu menemukan keseimbangan yang tepat antara ideologi dan pragmatisme, partai ini dapat mengambil peran sentral dalam membentuk masa depan Indonesia yang lebih adil dan berkelanjutan. Kembali menjadi "partai pelopor" bukan hanya tentang menjaga kepentingan politik, tetapi juga tentang menjalankan tanggung jawab moral untuk masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun