Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sinetron Religi dan Tampilan Tuhan yang "Kejam"

12 Oktober 2018   07:46 Diperbarui: 12 Oktober 2018   13:11 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau begitu, apakah ini sebuah kebohongan publik? Atau hanya bahasa "iklan" sebagai pemanis untuk menarik orang?

Hidup di dunia, adalah cerminan realitas yang serba mungkin. Artinya, semua fenomena hampir selalu ada di dunia ini, dengan frekuensi intensitas yang berbeda tentunya. 

Dan dalam kacamata Islam, tampilan ke serba mungkinan (condition of possibility) ini, banyak digambarkan dari Alquran maupun sejarah Islam.

Alquran secara gamblang menceritakan tentang sosok manusia yang tidak punya ayah dan Ibu, yang kemudian bernama Nabi Adam. 

Alquran juga menggambarkan sosok manusia yang berayah tapi tidak beribu, namanya Siti Hawa'. Ada juga manusia yang beribu tapi tidak berayah, namanya nabi Isa.

Alquran juga menceritakan tentang manusia yang saleh tapi mempunyai anak yang durhaka, namanya nabi Nuh. Ada yang saleh tapi beristri durhaka, namnya nabi Luth. Ada juga, seorang saleh tapi ayahnya kafir, namanya nabi Ibrahim. 

Ada nabi dan rasul mulia, namun pamannya mati dalam keadaan kafir, mananya nabi Muhammad.

Terakhir, ada juga fenomena orang beriman yang "mengenaskan", Nabi Zakariya meninggal karena dibunuh, Nabi Ayyub mengalami sakit yang sangat menjijikkan. Sahabat Umar, Utsman dan Ali, semua meninggal karena dibunuh orang. Apakah semua ini karena amal perbuatan mereka? Wallahu a'lam.

Berbeda dengan umat-umat terdahulu, umat Muhammad adalah umat yang diberi dispensasi oleh Allah. Jika umat-umat sebelum Nabi Muhammad, ketika mereka melakukan kesalahan dan kedurhakaan mereka diadzab seketika itu juga di dunia, seperti umat Nabi Nuh diadzab banjir besar, ummat nabi Luth, diadzab badai batu, umat nabi Musa, diadzab jadi kera, serta banyak contoh lainnya. Namun umat Islam sekarang ini (umat Muhammad) di beri penangguhan adzab, yakni besok di akhirat. Dan inilah yang harus dipahami bersama.

Memang pada dasarnya tayangan tersebut sebagai bahan refleksi kita bersama, supaya perilaku kita mampu terarah dengan baik. Namun ada dampak yang "buruk" berkenaan dengan asumsi dan pola pikir penontonnya. Yakni, sindrom pembalasan atau sindrom "adzab". 

Berangkat dari tayangan religi yang "over acting" tersebut, orang kemudian menilai, jika ada orang yang mengalami "ujian" berupa sakit yang aneh atau lainnya, maka kemudian dijustifikasikan sebagai adzab. Yang kemudian memojokkan orang tersebut, sebagai orang yang pernah melakukan kedurhakaan dan perbuatan jahat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun