Mohon tunggu...
muhalbirsaggr
muhalbirsaggr Mohon Tunggu... Guru sekaligus Operator/telah menulis Buku Antologi Jejak Pena dan Lukisan Rasa

Saat ini giat Menulis/orangnya pendiam-pekerja keras/konten favorit aku adalah Karya Fiksi/Non Fiksi, Inovasi pendidikan, Puisi serta perjalanan wisata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia Daun Belimbing di Halaman Belakang

7 Oktober 2025   13:14 Diperbarui: 7 Oktober 2025   13:14 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rahasia Daun Belimbing di Halaman Belakang
Karya: Muhalbir

1. Awal Musim yang Tidak Biasa
Angin sore itu berhembus lembut, mengibaskan dedaunan di halaman rumah keluarga Harun. Rumah sederhana di pinggiran Desa Wanasari itu selalu tampak teduh oleh pohon belimbing yang tumbuh di belakang rumah. Pohon itu sudah ada sejak Harun kecil, diwariskan dari ayahnya, dan kini menjadi tempat bermain cucu-cucunya setiap sore.

"Abi, lihat! Daunnya wangi banget kalau diremas," seru Lila, gadis kecil berusia delapan tahun, sambil menggosok daun belimbing di telapak tangannya.
Harun tersenyum melihat tingkah cucunya. "Hati-hati, Nak. Jangan asal gosok, nanti tangannya gatal."
Namun, Lila menggeleng. "Enggak kok, Bi. Malah adem di tangan."

Tak disadari oleh siapa pun, saat itu Lila sedang memegang selembar daun belimbing yang berbeda dari daun-daun lain. Warnanya lebih hijau muda dan terasa sejuk seperti embun pagi. Daun itu seolah berkilau di bawah sinar matahari yang condong ke barat.

Sore itu berlalu biasa saja. Namun keesokan harinya, sesuatu yang tak biasa terjadi: Lila tidak lagi batuk-batuk seperti minggu-minggu sebelumnya. Padahal selama sebulan terakhir, ia tak berhenti batuk akibat alergi debu dan dingin. Harun, yang sejak dulu percaya pada pengobatan alami, langsung curiga daun belimbing itu memiliki khasiat tersembunyi.

2. Rasa Penasaran Seorang Kakek
Malamnya, Harun duduk di teras rumah sambil menatap pohon belimbing yang diterangi cahaya lampu taman. Di tangannya, ia memegang beberapa lembar daun yang baru saja ia petik.
"Apakah mungkin... daun ini yang menyembuhkan Lila?" gumamnya.

Harun bukan ilmuwan, tapi semasa muda ia gemar membaca buku-buku herbal dan pengobatan tradisional. Ia tahu bahwa daun belimbing biasanya digunakan untuk menurunkan panas atau mengobati jerawat, tapi tidak pernah ada laporan bahwa daunnya bisa menyembuhkan alergi kronis.

Keesokan harinya, ia memutuskan untuk membuat percobaan sederhana. Ia merebus beberapa lembar daun belimbing, lalu meminum air rebusannya. Rasa pahitnya menusuk, tapi ia meneguk sampai habis. Harun tidak sakit, hanya merasa tubuhnya lebih segar dari biasanya. Keesokan paginya, ia terkejut mendapati rasa nyeri di lutut --- yang selama ini sering kambuh --- tiba-tiba lenyap.

"Tidak mungkin hanya kebetulan," katanya pelan sambil menatap gelas bekas rebusan daun itu.

Ia lalu memanggil menantunya, Rudi, dan anak perempuannya, Dinda.
"Din, Rud, Ayah mau cerita sesuatu. Kalian masih ingat daun belimbing di belakang rumah itu?"
"Yang sering dipakai Lila main? Iya, kenapa, Yah?" tanya Dinda.
"Ayah rasa... daunnya punya khasiat luar biasa. Lihat Lila sekarang, batuknya hilang. Lutut Ayah pun sudah tidak sakit."

Rudi menatap mertuanya dengan ragu. "Ayah, jangan-jangan sugesti saja."
Harun tersenyum kecil. "Mungkin. Tapi bagaimana kalau bukan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun