Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Humor Sufi: Potensi Diri (Terjebak Dalam Hidup dan Mati)

19 Desember 2022   07:00 Diperbarui: 19 Desember 2022   07:07 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemahaman ini sudah merupakan pengetahuan yang bersifat general dan diakui  kebenarannya.  Karena pemahaman yang di dapat dan membatasi berpikir diri menjadi pegangan dalam mendefinisikan kondisi hidup dan mati    Dan pemahaman ini akan tetap terjaga dan menjadi teori tentang mati dan hidup selama tidak ada teori yang kuat untuk menggugurkan pemahaman tersebut.

Ketika diri berpijak pada pemahaman seperti mungkin alur pikir diri adalah condong kepada pemikiran bahwa hidup itu hanya sekedar kehidupan di dunia saja.  Walaupun diri mengakui adanya kehidupan setelah kematian namun kelihatannya  tak berani menyatakan bahwa definisi atau pemahaman yang ada dan diakui kebenaran adalah sebuah kebenaran yang mutlak.

Posisi diri yang demikian sebetulnya termasuk diri yang memiliki rasa ragu dan khawatir dalam kehidupan ataupun mungkin dikatakan kurang memahami hakekat kehidupan.  Hal ini diakibatkan dari "jam terbang" untuk proses baca dan belajar dalam kehidupan hanyalah sepotong dan menyebabkan kurang keseimbangan pengetahuan.

Dikatakannya diri termasuk yang kurang baca dan belajar yang mengakibatkan ketidakseimbangan pemahaman untuk mendudukkan obyek secara maknawi.  Hal ini diakibatkan diri hanya berorientasi pada jasadiyah atau secara fisik saja pemahaman tentang pengetahuan.  Sedangkan pemahaman yang menjadi penyeimbang yaitu orientasi pada jiwa atau materi hanyalah sebagai pelengkap untuk obyek yang dikaji.

Kecondongan diri seperti ini akibat diri condong pada paham materialisme yang kurang sempurna.  Sebuah kerugian manakala diri masih tetap memiliki pemahaman seperti ini tanpa ada upaya untuk melakukan penyempurnaan pemahaman yang dimiliki.  Seandainya kondisi ini lumrah dan tanpa ada perbaikan maka kerusakan bumi dan kegiatan merugikan orang lain akan semakin banyak terjadi.

Menyeimbangkan Pemahaman Hidup Dan Mati

Penyempurnaan pemahaman tentang hidup dan mati adalah sebagai upaya diri untuk menyeimbangkan kehidupan manusia.  Karena hidup dan mati merupakan sebuah rangkaian peristiwa perjalanan kehidupan yang harus dijalani dari diri diciptakan hingga diri berakhir di Rumah Sang Pencipta.  Proses perjalanan diri di dunia ini hakekatnya adalah untuk mencari bekal yang akan dibawa menghadap Sang Kekasih.

Sebagai sebuah pencarian bekal maka otomatis diri tidak dapat mendefinisikan sebagai oleh-oleh yang berwujud melainkan "sesuatu" yang memiliki nilai.  Sebagai sebuah nilai maka bekal harus selalu memiliki "berunsur hidup" bukan sesuatu yang mati.  Hal ini berarti bahwa nilai itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia tapi sesuatu yang hidup di kematian.

Berpijak pada pemahaman seperti ini pada hakekatnya diri manusia akan selalu dalam kondisi hidup baik baik diri dalam kondisi kehidupan didunia (kondisi lengkap badan plus nyawa) ataupun kematian menjemputnya.  Hidupnya diri yang selamanya baik di dunia maupun alam selanjutnya yang hanya dibatasi oleh kematian yang menjemputnya.  Definisi mati bukan merupakan perpisahan antara fisik dengan nyawa melainkan hanya batas (bhs jawa: let).  Maka ketika diri mati sebetulnya diri tidak mati melainkan tetap hidup dan memasuki alam yang lain.

Mungkin pemahaman adanya alam lain setelah kematian sudah sering di dengar dan diakui sebagai kebenaran. Namun karena itu hanya selama ini hanya orientasi pada pemahaman kehidupan di dunia seringkali tidak menjadi fokus utama dalam memahami hakekat kehidupan yang sesungguhnya.  Hal ini menjadikan diri kita terjebak pada mencari nilai yang dapat digunakan untuk kehidupan di dunia sedangkan untuk kehidupan alam lain hanya pelengkap nilai yang ada.

Pemahaman unsur nilai yang selalu hidup yang seharusnya dibawa untuk pulang ke rumah tidak menjadi prioritas diri dalam mempelajari arti bekal yang sesungguhnya.  Karena orientasi yang mungkin dimiliki hanya sekedar hidup di kehidupan dunia akan mati atau tertinggal dengan pisahnya nyawa dengan tubuh manusia.  Nilai yang tertinggal inilah sebetulnya merupakan makna dari alur pemahaman materialisme yang kurang sempurna.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun