Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Memahami Potensi Diri (Individual dan Individualisme)

30 November 2022   07:00 Diperbarui: 30 November 2022   08:30 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Peristiwa bencana alam yang terjadi tidak lepas mulai dari banjir hingga tanah longsor tidak lepas dari peran diri manusia dalam kehidupan di dunia ini.  Banjir dan tanah longsor memang bukan merupakan salah mutlak dari diri manusia namun memang ada campur tangan Sang Pencipta atas peristiwa bencana tersebut.  

Hal ini sebetulnya sebuah siratan pembelajaran kepada diri untuk selalu berpikir akan langkah dalam kehidupan di dunia ini.

Siratan bencana tersebut merupakan sebuah pelajaran dan pengingat atas kehidupan ini bahwa adanya tugas yang diemban diri sebagai manusia.  Namun karena kesibukan diri dalam mengais rejeki untuk dijadikan "bekal"  malah menjadikan "beban" dan harus dipikul dalam kehidupan ini. 

Hal ini dikarenakan oleh kekeliruan di dalam memaknai bekal atau beban akibat dari penyakit rasa khawatir dan was-was yang menjangkiti setiap diri manusia.

Apabila diri sadar dengan kondisi yang demikian maka akan menyebabkan munculnya sebuah percikan api semangat untuk memperbaiki kekeliruan atas perjalanan hidup yang selama ini  dijalani.  

Kerusakan alam yang menjadikan bencana merupakan akumulasi dari banyaknya kesalahan yang mungkin tidak dalam kesadaran hidup diri kita.  Karena mungkin dianggap hal yang biasa dan benar yang dilakukan dalam kehidupan namun secara hakekat adalah sebuah kekeliruan dan merugikan banyak pihak termasuk diri kita sendiri.

Mengapa dapat dikatakan terjadi jika sebuah hal yang kelihatan benar namun sebetulnya sebuah kekeliruan? Hal ini diakibatkan oleh alur pikir diri manusia yang mengakibatkan keliru dalam memahami pemahaman (ilmu) tentang potensi dan aktivitas diri manusia atas segala hal yang  dimiliki atau dilakukannya. 

Diibaratkan ketika diri ingin berpergian untuk mencapai kota tujuan yang dikehendaki namun diri tidak mengenal kendaraan yang dipakai serta arah ataupun cara yang dilakukan menempuh perjalanan tersebut.  

Potensi diri

Baca juga: Pahami Diri

Manusia diciptakan dan dibekali oleh Sang Pencipta dengan kesempurnaan dan kecukupan.  Namun bekal kesempurnaan dan kecukupan bukanlah hal yang langsung diberikan secara percuma akan tetapi melalui sebuah perjalanan pemahaman tentang hidup melalui belajar.  Maka tidak salah ketika tugas diri sebagai manusia adalah harus baca dan belajar hingga akhir kehidupan di dunia  ini.

Proses dan semangat belajar inilah hakekat untuk menemukan potensi diri manusia sebagai pembeda dengan makhluk lain baik itu sesama manusia ataupun dengan penghuni alam semesta yang ada

Perjalanan diri dalam proses ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan namun merupakan perjuangan yang membutuhkan pemahaman yang lebih untuk membaca siratan yang ada dalam ilmu kehidupan ini.

Ketika diri tidak mencapai pada titik ini maka tidak mungkin akan mencapai dan mengenal potensi diri sebagai manusia yang memiliki derajat yang lebih tinggi.  Godaan dan gangguan dalam proses belajar menyertai bahkan mungkin akan dirasa lebih membahagiakan dibandingkan jika terus meneruskan tugas untuk belajar.  Karena merasa telah menemukan terminal kebahagiaan untuk kehidupan yang nyata di dunia ini. 

Banyak nya diri yang berhenti di terminal ini akibat dari pemahaman tentang kehidupan.  Pemahaman yang hanya berorientasi pada ukuran fisik dan materi menjadi orientasi bekal yang dicari dalam kehidupan.

Dan ternyata dunia menawarkan hal itu semua dan mengakibatkan diri terpenjara pada alur pemahaman fisikisme dan materialisme.  Pemahaman ini menjadi sebuah pijakan dalam berpikir diri untuk mengisi dan mengais bekal untuk kebahagiaan kehidupan.    

Kebahagian hidup di dunia ini memang merupakan tujuan dalam kehidupan diri kita namun terminal perjalanan hanyalah sekedar rest area yang hanya sekedar tempat istirahat sementara untuk menuju tujuan yang sesungguhnya. Maka ukuran kebahagiaan bukan hanya di dasarkan pada alur pemahaman fisikisme dan materialisme melainkan hal-hal yang non fisik dan non material. Dan ketika alur pemikiran fisikisme dan materialisme menjadi rujukan setiap pemahaman tentang ilmu kehidupan maka akan terjadi disharmoni atau ketidakseimbangan diri manusia untuk mengenal potensi diri.  

Potensi diri merupakan gabungan dari dua unsur fisik dan non fisik atau material dan  spiritual.  Karena di dalam diri tidak hanya organ-organ yang secara lahiriah saja yang bekerja namun ada unsur yang non lahiriah yang sering mempengaruhi diri dalam mengambil tindakan atau aktivitas sehari-hari.  Ketika dua unsur ini dapat dikenali dan dikelola oleh diri maka akan muncul sebuah harmonisasi atau keseimbangan potensi diri.  

Realita memang diri kita mengenal dan memahami dua unsur ini namun yang terjadi untuk unsur non lahiriah hanya sebatas itu.  Tugas diri harusnya sampai pada titik mampu mengelola kedua unsur tersebut untuk menjadi satu kesatuan sebagai potensi diri sebagai manusia yang sempurna.  Ketika diri mampu mengelola dua hal tersebut sampai pada harmonisasi maka konektivitas diri akan menemukan potensi diri sebagai manusia yang sempurna. 

Kekeliruan di dalam mengelola diri yang mengutamakan kepentingan diri  menjadikan perilaku yang salah dan berdampak pada kerugian  pada makhluk lain tidak hanya manusia saja.  Karena bukan potensi diri yang ditemukan melainkan ego diri yang menguasai perilaku diri dalam kehidupan sehari-hari.  

Sebuah kerugian jika kondisi diri kita seperti ini tidak pernah menemukan keseimbangan kehidupan akibat diri salah alur pemahaman atas ilmu-ilmu yang sampai sekarang dipelajari sebagai pencari bekal kehidupan.

Individu dan individualisme

Potensi diri sebagai manusia sempurna merupakan tujuan yang harus di raih setiap manusia.  Karena merupakan sebuah tujuan yang harus di capai setiap diri manusia. 

Potensi diri yang di raih inilah merupakan individu yang diharapkan oleh Sang Pencipta atas penciptaan manusia.  Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak setiap manusia adalah sebagai individu atau insan yang diharapkan.

Individu merupakan makhluk sempurna ciptaan Sang Pencipta yang terpisah dari elemen lain dan mampu menjalankan dan mempertanggungjawabkan urusan kehidupannya.  Individu yang demikian ini adalah orientasi keberhasilan diri manusia yang mampu menemukan hakekat kehidupan dan menemukan nilai-nilai kebahagiaan dalam hidupnya.  Individu yang demikian adalah diri manusia yang mampu menyeimbangkan kehidupan sehingga mampu mengalahkan ego dan hidup dalam kemanunggalan.

Keberhasilan individu dimulai dari menemukan potensi diri dan dilanjutkan dengan hidup dengan harmonisasi keseimbangan antara elemen-elemen yang ada dan mengakibatkan dari menjadi internal-external orientation. 

Artinya bahwa manusia yang demikian adalah sebuah proses kehidupan yang dijalani dengan memperbaiki diri melalui mengenal dan memahami potensi yang dimiliki agar dapat menjadi manusia yang baik serta menjadi sebuah magnet yang mampu memperbaiki kondisi eksternal yang ada disekitarnya.  

Kondisi manusia yang internal-external orientation inilah sebetulnya merupakan sebuah tujuan dari pembelajaran untuk mendapatkan bekal dalam kehidupan di dunia ini. 

Standar hidup diri yang bersifat individu adalah ajaran kehidupan yang baik dan mampu menyeimbangkan kepentingan yang didasarkan oleh kerja indra manusia secara sempurna.  

Kehidupan individu yang demikian merupakan mutiara kehidupan bagi seluruh makhluk di alam semesta.  Keberuntungan dan kebahagian selalu menyertai dalam hidupnya karena diri terlepas dari belenggu rasa khawatir dan was-was serta kecukupan kebutuhan menimbulkan rasa keikhlasan dalam kehidupan yang dijalani ini. 

Sedangkan diri yang tidak mampu menemukan potensi diri maka akibatnya akan hidup dalam kondisi individualisme. Individualisme bercirikan bahwa diri hidup karena di dasarkan atas pandangan rasa/pikir/keinginan yang memenjara diri setiap manusia untuk memperjuangakan kepentingan dengan power atau kebebasan yang dimilikinya.  Diri yang demikian melakukan pencapaian atas kehendaknya dengan menentang intervensi ajaran maupun nilai-nilai yang ada.   

Ketidakberhasilan dalam menemukan potensi diri sebetulnya muara asal dari munculnya sifat individualisme.  Sehingga diri hidup dengan pilihan keputusan dari dominasi atas indra yang dimiliki.  Kehidupan diri yang demikian ibarat neraca yang berat sebelah karena tak pernah menemukan pemahaman tentang hidup yang seimbang. 

Kerugian dan jauh dari rasa bahagia atau kekecewaan adalah teman dalam perjalanan karena hidupnya diliputi rasa khawatir dan was-was.  Maka sifat serakah dan iri adalah selimut jubah kebesaran yang selalu menempel dalam kehidupan sehari-hari.  

Penutup

Hanya sekedar humor sufi yang mengingatkan akan pemahaman dan proses belajar yang selama ini menjadi teman dalam kehidupan sehari-hari.  Tidak ada yang lucu dalam tulisan ini dan yang pantas ditertawakan adalah ide atau yang berbeda dari yang lain dan mungkin dapat menjadi api semangat untuk kembali belajar tentang hidup.

Magelang, 29/11/2022

Salam, KAS  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun