Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Teori Keseimbangan dalam Kesibukan Kerja

12 Desember 2021   22:56 Diperbarui: 16 Desember 2021   13:46 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Fenomena yang ada sekarang ini adalah sebuah rutinitas hidup yang disibukkan dengan berita mengenai dampak diri yang menjadi korban dalam kesibukan bekerja sering dijumpai setiap hari.   Coba kita tengok media masa hampir setiap hari sabtu dan minggu pasti terdapat berita tentang kemacetan di daerah-daerah destinasi wisata baik untuk menuju maupun ketika keluar dari area tersebut.  Dan berita tentang kemacetan di setiap pagi hari menjelang aktivitas bekerja setiap insan yang hidup di dunia ini.

Sebuah rutinitas yang mungkin sebagai bentuk ekspresi melepas kepenatan beban kerja dengan pergi ke tempat-tempat yang dipandang mampu menghilangkan sementara beban tersebut.  Namun itupun sebetulnya malah bukan menghilangkan tetapi menjadi tambahan beban jika diri tak sabar menghadapi kemacetan dan situasi di area yang dituju.

Dan ketika diri sudah pulang dari berliburnya pun kemudian kembali kepada rutinitas yang sama dan akan dijalani selama masih bekerja.  Apakah ini bukan sebuah hidup yang membosankan jika kehidupan hanya seperti ini?  Mereka yang tidak sadar akan selalu terjebak dalam rutinitas tersebut namun bagi yang sadar akan mencari jalan agar tidak terjebak di dalamnya.

Secara pemahaman ilmu modern mungkin berlibur adalah bentuk obat diri yang berupa refreshing pikir-perasaan ataupun fisik diri manusia yang selama 5 hari sudah disibukkan dengan bekerja.  Dan ternyata secara ilmiah (dalam ukuran jasmaniah) mungkin dapat dibuktikan dan merupakan bentuk pemahaman yang memang sebuah "kebenaran". 

Dan kebenaran pemahaman ini akan terus dipertahankan sebelum ada pembuktian tentang kesalahan dari pemahaman tersebut. Namun ketika banyak diri yang selalu "mendewakan" pemahaman modern tersebut maka pengetahuan tentang obat penat pasti jawabannya adalah seputar ilmu tersebut.

Sehingga tidak ketinggalan pemerintahpun ikut turun tangan dalam mengembangkan program atau kebijakan dan strategi yang dianggap sebagai obat "penat kerja" dan disatu sisi sebagai usaha untuk menambah pendapatan bagi pelaku pariwisata.  Sarana dan prasarana terus di pacu dan dikembangkan, perbaikan fasilitas dan lain sebagainya terus dibangun dan sebetulnya intinya adalah hal yang bukan untuk obat itu sendiri.

Sehingga perlu adanya perenungan diri  untuk mencari agar tidak terpenjara dalam kesibukan kerja dan selalu dalam kondisi bahagia dalam kesibukan bekerja sehari-hari.  Mungkin tidak perlu harus dengan berlibur di akhir pekan namun dengan cara lain yang lebih jitu dalam mengobati kepenatan pikir-perasaan dan fisik tersebut.

Kesibukan dalam Hidup Diri Manusia

Bekerja sarana diri untuk mencukupi kebutuhan dalam kehidupan di dunia ini.  Maka tidak heran ketika banyak orang untuk berobsesi mendapat pekerjaan yang mampu memberikan imbalan yang tinggi walaupun mengorbankan waktu yang banyak.  Mereka bekerjapun tidak mengenal bekerja untuk prestasi atau untuk profesi (Bekerja dalam bingkai profesi atau mencari prestasi).

Bekerja adalah merupakan kewajiban manusia agar dirinya mampu bermusafir untuk hidupnya.  Kesadaran bekerja harus muncul dari jiwa manusia itu sendiri karena mencari rejeki (bukan meminta-minta rejeki) sesuai dengan ajaran yang ada bahwa manusia disyaratkan untuk memiliki mata pencaharian dan harus berusaha maksimal dalam menelusuri jalan-jalan rejeki yang ada di dunia ini.

Ketika diri memiliki keluarga dan anak pastilah berpikir keras bagaimana cara untuk mencukupinya.  Karena berpikir adalah fakttor penting dalam kehidupan yang berhubungan dengan dunia.  Ketakutan diri apabila tidak terpenuhi dalam mencukupi kebutuhan yang ada mengakibatkan rasa takut dan cemas (kekhawatiran) yang merupakan asal muasal sebuah penyakit yang ada dalam diri manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun