Mohon tunggu...
Muhajir Arrosyid
Muhajir Arrosyid Mohon Tunggu... dosen -

Warga Demak, mengelola tunu.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

ASI dan Budaya Kita

19 Februari 2014   00:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:42 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

[caption id="attachment_312668" align="aligncenter" width="500" caption="Mbak Santi sedang presentasi mengenai ASI"][/caption]

Zaman sudah terbalik-balik. Jika dulu para ibu biasa memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada anaknya, sekarang memberi ASI malah harus berjuang melawan cibiran. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya perubahan budaya yang luar biasa di Indonesia sehingga menjungkirbalikkan pandangan masyarakat; sesuatu yang wajar dianggap tidak wajar dan sesuatu yang tidak wajar dianggap wajar.

Perubahan budaya itu diawali sebuah perubahan era dari era agraris menuju era industri di mana ibu-ibu yang tadinya ke sawah kemudian ke pabrik. Ibu-ibu dari golongan priyayi yang tadinya menjadi ratu di rumah memilih berkarirdi kantor. Padahal seorang perempuan memiliki kodrat menjadi ibu. Ada anak yang harus mendapatkan susu dari buah dadanya. Sayangnya,pabrik, kantor tidak memberikan solusi terhadap masalah ini. Mereka tidak memikirkan tempat menyusui, bagaimanaASItersebut sampai kepada anaknya dan lain-lain.

Datanglah para pebisnis, mencium aroma uang dari jarak antara ibu dan anak tersebut. Kemudian mereka membuat sebuah produk susu formula sebagai pengganti ASI. Mereka menawarkan kepraktisan. Ibu yang bekerja di kantor dan di pabrik tak perlu lagi repot-repot menyediakan ASI kepada anaknya. Ibu-ibu itu cukup belanja susu formula setiapminggu sekali dan menitipkannya kepada pengasuh.

Iklan susu sapi kian hari kian menawarkan kecanggihan.Merekamenjanjikan dapat meningkatkan pertumbuhan anak lebih cepat, menjanjikan anak akan lebih cakap, cerdasdan pintar,sertajanji-janji yang lain.Iklan-iklan inilah yang mengubah mindsetmasyarakat. Banyak pula iklan yang tampil mengancam.Dari iklan tersebut para ibu dan bapak merasa tidak perlu lagi memberikan ASI kepada anaknya.Ia telah mempercayakan susu formula dibanding susunya sendiri.

Iklan susu formula juga menjadi gengsi oleh orang tua tertentu. Di forum-forum arisan para ibu membanggakan merk susu formula yang dikonsumsi oleh anaknya. Para ibu yang menyusui anaknya sendiri malah menjadi minder.

Sejak inilah peristiwa menyusui berubah.Pikiran manusia berbalik-balik dengan menganggap orang yang menyusui dari dadanya sendiri sebagai orang anehkarena mau repot padahal ada yang lebih praktis. Pandangan masyarakat tentang ASI dan susu formula sudah membudaya dan mengakar. Maka menurut Santi, seorang konselorAsosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI)dalam sebuah seminar ASI yang dilaksanakanoleh AIMI Jawa Tengahdi Rumah Albi, Jalan K.H. Ahmad Dahlan Semarangpada Minggu, 09/02/2014menyampaikan bahwa keberhasilan pemenuhan ASI eksklusif oleh ibu kepada anak adalah suami dan nenek.

“Kita harus meneguhkan hatidanniat untuk memberikan ASI eksklusif kepada anak. Gangguan pasti ada. Gangguan tersebut dari mitos masyarakat dan pengetahuan yang salah tentang ASI,jelas Santi.

Ia memberi contoh ketika seorang anak terus-terusan menyusu kepada ibunya. Kemudiatetangga, eyang, atau suamisering bilang; “Itu air susumu kurang.” Pengetahuan tersebut salah kaprah karena sebenarnya sang anak memang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan air susu yang banyak.

Dalam pertemuan yang diikuti oleh belasan peserta yang terdiri atas beberapa ibu hamil, ibu menyusui, dan para suami tersebut Santi sambil menggendong anaknya yang berumur lima bulan menyampaikan banyak hal seperti sebaiknya seorang ibu segera merespon seorang anak saat anak tersebut memiliki gelagat sudah haus karena dengan demikian dalam pertumbuhannya anak akan tumbuh sebagai anak yang percaya diri.

“Saat ASI belum keluar setelah melahirkan maka ibu jangan panik. Usai melahirkan karena pengaruh hormon ASI yang keluar dari payudara ibu memang masih sedikit. Lagi pula air susu yang dibutuhkan oleh anak pada masa-masa awal memang masih sedikit. Ukuran lambug bayi yang baru lahir adalah sebesar biji kelereng. Maka ketika ASI belum keluar banyak jangan panik dan beralih ke susu formula. Kepanikan membuat ibu stres dan ASI nya akan benar-benar sulit keluar,” imbuh Santi.

Hal-hal kecil juga disampaikan dalam forum tersebut seperti lebih baik bayi tidak mengenakan sarung tangan saat disusui karena perubahan genggaman bayi dapat untuk melihat bayi tersebut sudah kenyang atau belum. Bayi yang genggaman tangannya masih kencang biasanya masih lapar, sedangkan kalau sudah melemah biasanya sudah kenyang. Saat bayi susu eksklusif tidak berak berhari-hari sebaiknya ibu juga jangan bingung karena kandungan dalam ASI telah diserap langsung oleh tubuh bayi. Jadi, tidak ada sisa yang dikeluarkan.

Selain beberapa hal yang saya sampaikan diatas juga disampaikan praktik pijat agar ASI mudah keluar dan memerah ASI dengan tangan yang benar. Para peserta dalam pertemuan tersebut kebanyakan ingin mengetahui bagaimana tetap memberikan ASI eksklusif selama dua tahun kepada anaknya tetapi tetap bekerja. Menjawab hal itu Tim AIMI Jateng membagi pengalaman seperti berkomunikasi dengan atasan, mencari tempat aman dan bersih di kantor untuk memerah ASI, dan managemen penyimpanan ASI. (Penulis bergiat di vokalinstitute.com).


Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun