Mohon tunggu...
Muhaimin
Muhaimin Mohon Tunggu... Lainnya - Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Pekalongan

Saya adalah seorang praktisi pendidikan tepatnya adalah pengawas sekolah, disamping kesibukan aktifitas rutin saya juga suka menulis apa saja, puisi, cerpen, artikel populer dan kadang ilmiah juga. Sesuai dengan profesi saya sangat menyukai hal-hal yang terkait dengan pendidikan dan seni.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mati Suri

28 September 2022   18:36 Diperbarui: 3 Oktober 2022   21:51 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidak tahu apa yang aku pikirkan perjalanan kali ini ada perasaan tidak enak seperti ada yang selalu menguntit mendorong agar aku memacu montor lebih cepat padahal jalan kurang bersahabat  meski tidak turun hujan nampak kabut tipis menutup badan jalan, semakin menanjak naik  kabut semakin tebal, sudah berkali --kali jalan ini aku lewati tapi tidak untuk saat ini ada sesuatu yang tidak seperti biasanya, mulai dari saat aku pamit sama istri dan anak mereka menatap ku begitu lama seakan tak mau lepas, dan dorongan-dorongan yang aku rasakan untuk cepat berangkat sekuat batin aku mencoba menahan ada apa ini tapi kalah dengan dorongan yang begitu kuat. Kabut semakin tebal pandangan hanya berjarak 2 meter montor terus melaju lewati tanjakan dan tikungan. Yang begitu tajam, montor melaju tanpa bisa aku kendalikan meski akal  sehat ku mencoba menahan sepertinya rem pun tak berfungsi, montor melaju semakin cepat dan " BRAKS "  hanya sebentar tubuh terasa terhempas keras lalu terasa  ringan dan nyaman, kusandarkan tubuh pada sebongkah batu di atas bukit, ku lihat ke bawah  orang mulai berkerumun terlihat sebuah mobil yang ringsek bodi depannya beberapa orang berusaha mengeluarkan sopir yang terjepit, beberapa yang lain menunjuk-nunjuk ke bawah jurang walaupun jauh aku bisa melihat  se sosok tubuh yang tergelatak di atas batu dipinggiran sungai, terhenyak kaget berkali-kali mata ku pejamkan tapi tetap tak berubah tubuh itu diriku lalu siapa aku dan berada di mana.

" tak usah dibuat bingung, ini semua sudah aku rencanakan sejak lama " suara itu tak asing bagiku tapi sudah lama aku tak mendengarnya lagi, seorang lelaki berbaju hitan dan celana hitam duduk mendekat tersenyum pada ku

" coba ingat kamu kenal sama aku toh... dulu sekali kamu pernah menemuiku saat kamu mencoba mencari tahu kehidupan di alam lain "  Aku masih mencoba mengingat aku peras kenangan masa lalu 

" saat kamu mengembara mengelana di alam halus, kamu sempat bingung mencari jalan kembali di stulah pertama kali kita ketemu dan setelah itu di saat-saat tertentu kamu datang dan kita menjelajah jauh kemana kita suka " deg ! dada ku berdetak kencang dan terasa mau berhenti jadi sekarang aku berada di alam halus dan dia adalah paman sedayu.

" paman Sedayu, aku sudah melapas semua yang dulu pernah aku lakukan, maaf kan aku paman dulu pernah mengganggu paman " aku mulai sadar berada di mana dan ini bukan kehendak ku 

" justru itu sekarang kamu tak ajak hidup bersenang-senang di alam halus, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau dan tak akan mati seperti di alam mu "  paman Sedayu memandang dan tersenyum sepertinya dia sangat puas dan senang. Aku tertunduk pasrah tak bisa berbuat apa-apa, aku sudah melepaskan semua yang dulu pernah aku pelajari bagaimana untuk lepas dan kembali ke alam nyata, aku bingung apalagi aku lihat tubuh ku mulai diangkat dan dimasukan ke mobil ambulance.

" ayo.. kita ikuti mobil ambulance yang membawa tubuh mu, kehidupan mu di alam halus ini belum sempurna sebelum aku mengambil wadag tempat kamu bersemayam, dengan wadag itu nanti kamu bisa melakukan sesuka mu di alam nyata dan bisa ke alam halus sesuka mu " paman sedayu menarik tangan ku dan melesat dalam sekejap telah sampai di rumah ku, begitu banyak orang berkumpul semua aku kenal mereka ramai memperbincangkan kecelakaan yang baru terjadi.

" ini sungguh aneh tubuh jatuh dari ketinggian puluhan meter terbentur pohon dan tebing tapi tetap utuh tak ada lecet sama sekali " ucap Tresno sambil menggeleng-gelengkan kepalanya

" yang lebih aneh lagi lokasi jatuhya itu jauh dari tempat kejadian, masak tubuh sebesar itu bisa terbawa angin dan tubuh seperti diletakan di atas batu  bukan terjatuh " bambang menimpali menambah cerita-cerita aneh kecelakaan yang aku alami.

Aku menangis sedih menyesali apa yang telah aku lakukan dulu telah membawa ku pada kehidupan yang tidak aku harapkan, aku bisa melihat semua istri ku yang shock, anak-anak ku yang menangis histeris, teman-teman baik ku mereka juga nampak sedih merasa kehilangan.

" tenang tak usah terlalu bersedih, kamu nanti akan lebih senang bisa melakukan apa pun di alam mu setelah aku ambil lagi wadag mu setelah di kubur nanti "  paman Sedayu berusaha menghibur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun