Mohon tunggu...
Muh Fahrurozi
Muh Fahrurozi Mohon Tunggu... Human Resources - Penikmat Kopi

Hanya manusia biasa yang ingin mati dengan damai, sebab hidup adalah proses panjang dari bagaimana cara kita mati.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Praktis dan Wacana Pemecah Belah Bangsa

3 Mei 2018   06:39 Diperbarui: 3 Mei 2018   07:51 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik pencitraan tidak lagi berlaku, entah dari mana datang lagi ide baru tentang politik praktis yang membawa kelompok-kelompok seperti Agama, ras, budaya, dst.

Politik jenis ini betul-betul terbuka lebar di Negeri ini, dan sayangnya tidak ada yang peduli. Politik seperti ini akan membuka kran pengelompokan-pengelompokan, sehingga pada akhirnya nanti tidak mengherankan kita akan keluar dari semboyan 'bhineka tunggal ika' yang selama ini sudah mengeratkan kita semua masyarakat Indonesia. 

Di khawatirkan jika hal semacam ini jika terus dilanjutkan dan tidak ada upaya pencegahan, jelas sudah suatu saat bangsa ini akan bubar seperti yang ramai dibicarakan.

Tidak mengherankan juga, selanjutnya akan ada jenis politik baru yang tentunya lebih kotor dari politik hari ini.

Dan itu akan semakin memperlebar gerbang pemecahan bangsa. Belum lagi Aceh dan Papua beberapa tahun belakangan ini terus-terus menggemakan pemisahan diri dengan Indonesia.

Jika kesadaran berbangsa dan negaranya masih tetap tidak ada, maka kita perlu bersiap-siap mengemas surat-surat kita untuk Negara baru, atau menjadi budak dan menghamba ketika penjajah gaya baru masuk menguasai negeri ini.


Mari kita kembali ke Pancasila dan UUD 1945 yang sebenarnya. Mari tumbuhkan kembali kesadaran patriotisme dan nasionalisme Negara. Itu satu-satunya harapan untuk mempertahankan Negeri yang dimerdekakan diatas lautan darah bercampur keringat dan air mata ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun