Jiwa yang Terpanggil
Di sebuah masjid di Tangerang, Banten, terdapat seorang remaja bernama Angga. Angga adalah seorang remaja yang cerdas dan memiliki bakat menulis. Ia sering menulis puisi dan cerpen, dan karya-karyanya sering dimuat di majalah sekolah.
Suatu hari, Angga sedang berjalan-jalan di sekitar masjid. Tiba-tiba, ia melihat sekelompok remaja sedang duduk-duduk di teras masjid. Para remaja itu tampak sedang mengobrol dan tertawa.
Angga merasa penasaran, lalu ia menghampiri para remaja itu. Ia pun ikut bergabung dalam obrolan mereka.
Dalam obrolan itu, Angga mengetahui bahwa para remaja itu adalah anggota remaja masjid. Mereka sering berkumpul di masjid untuk belajar agama dan berdiskusi tentang berbagai hal.
Angga merasa terpanggil untuk membimbing para remaja itu. Ia ingin membantu mereka untuk mengembangkan bakat menulis mereka, dan juga menanamkan akhlak yang baik dalam diri mereka.
Keesokan harinya, Angga mendatangi ketua remaja masjid. Ia menyampaikan keinginannya untuk membimbing para remaja itu.
Ketua remaja masjid sangat senang mendengar keinginan Angga. Ia pun langsung menyetujui permintaan Angga.
Angga pun mulai membimbing para remaja itu. Ia mengajarkan mereka tentang teknik menulis, dan juga tentang akhlak yang baik.
Para remaja itu sangat senang dengan bimbingan Angga. Mereka merasa bahwa Angga adalah seorang guru yang baik dan sabar.
Angga pun merasa senang bisa membimbing para remaja itu. Ia merasa bahwa jiwanya terpanggil untuk membantu mereka menjadi anak yang religius dan berakhlak mulia.
Salah satu remaja yang dibimbing oleh Angga adalah seorang remaja bernama Andi. Andi adalah seorang remaja yang pendiam dan pemalu. Ia sering merasa minder dengan dirinya sendiri.
Angga pun berusaha untuk membantu Andi untuk lebih percaya diri. Ia sering memuji karya-karya Andi, dan juga mendorongnya untuk terus berkarya.
Akhirnya, Andi pun mulai percaya diri. Ia mulai aktif menulis, dan karya-karyanya pun mulai dimuat di majalah remaja.
Andi sangat berterima kasih kepada Angga. Ia merasa bahwa Angga telah mengubah hidupnya.
Selain Andi, masih banyak lagi remaja yang dibimbing oleh Angga. Angga telah berhasil membantu para remaja itu untuk mengembangkan bakat mereka, dan juga untuk menjadi anak yang religius dan berakhlak mulia.
Angga merasa sangat bahagia bisa membimbing para remaja itu. Ia merasa bahwa jiwanya telah terpanggil untuk membantu mereka.