Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

I'm Not Wonder Woman

23 April 2021   20:17 Diperbarui: 23 April 2021   20:31 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Iam/photo:pixabay

"I love you, Ma," ucap Rengganis lirih.

"I love you more, "Sekali lagi Tiara mengecup dahi gadisnya sebelum keluar dari kamar Rengganis menuju kamarnya.

Tiara menghentikan langkah saat melewati kamar Airlangga yang masih terbuka. Ibu tiga anak itu melongok ke dalam.  Laki-laki kecilnya sudah tidur sambil memeluk buku. Perlahan Rengganis masuk, ditatapnya wajah yang sangat  mirip ayahnya itu. Ada yang menyesak,  mengantar sebentuk rindu pada laki-laki yang telah memberinya tiga anak.

Perempuan yang masih betah menjalani peran sebagai single mom itu mengembuskan napas panjang. Harusnya dia lebih peka pada perkembangan psikologis Airlangga, tapi justru kesibukan sering membuatnya abai. Perlahan dikecupnya rambut ikal Langga,  diusapnya lembut.  Harum aroma bayi masih lekat meski usianya sudah hampir sepuluh tahun.  Setelah merapikan selimut, dia menutup pintu perlahan dan melangkah menuju kamarnya.

Tiara mengempaskan tubuhnya di ranjang. Tubuh dan pikirannya terasa lelah.  Jabatannya sebagai manager area  membuatnya hampir tiap hari pulang larut, hingga banyak berhutang perhatian untuk anak-anaknya.

Diraihnya photo di sudut meja rias. Hatinya berdesir,  diusapnya satu per satu wajah yang terbingkai dalam kenangan. Saat keluarganya semua masih lengkap. Saat kebahagiaan terasa begitu sempurna. Mas Gibran suaminya yang selalu membuatnya nyaman berada di dekatnya,  saat lelah menyapa,  saat gundah mendera,  pelukan laki-laki yang telah membuatnya jatuh cinta sejak sama-sama masih kuliah itu selalu menenangkan, seolah memberi enegi ajaib yang membuatnya mampu menghadapi kesulitan sebesar apapun. Anak-anak pun sangat menyayangi papanya. Namun,  keadaan berubah setelah sosok sang Imam berpulang.

"Seandainya kamu ada di sini,  Mas," desah Tiara lirih, diusapnya wajah yang tengah tersenyum dalam photo, "aku lelah,  Mas,  Anak-anak kita butuh sosok ayahnya, mereka rindu figur seorang yang selalu mereka teladani selama ini."

Bahu Tiara terguncang lirih, dadanya makin sesak saat teringat bagaimana dia hampir menyerah saat Diwangkara ... anak sulungnya ditangkap polisi karena terlibat tawuran ketika mengikuti balap motor liar.  Tiara merasa sangat bersalah,  lalai dalam perhatian pada anak sulungnya yang beranjak remaja. Abg berusia delapan belas tahun itu pernah protes karena mamanya selalu pulang malam. Namun, Tiara selalu berkilah bahwa semua yang dilakukan adalah untuk mereka,  ketiga anaknya.

"Maafkan mama,  Nak," ucap lirih Tiara diantara isak.  Sekolah Diwangkara berantakan karena terlalu sering bolos, kurangnya perhatian dan komunikasi membuat remaja itu lebih memilih jalannya sendiri, hingga Tiara merasa gagal sebagai orang tua.

Lalu sekarang Airlangga, anak bungsunya yang berkebutuhan khusus, membuatnya harus banyak belajar dari kegagalannya pada Diwangkara.  Namun,  tetap saja Tiara tak sanggup merengkuh semuanya. Tuntutan pekerjaan membuatnya banyak kehilangan waktu, bahkan sekedar memberikan perhatian untuk kedua bocah yang sedang puber tersebut.

"Aku lelah, Mas," lirih kembali Tiara berujar, "Iam not wonder woman,  aku bukan wanita super,  aku cuma manusia biasa. Apa yang bisa aku lakukan untuk anak-anak kita?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun