Ngayojokarto kutane aman berhati nyaman
Kuta seniman kuta pelajar lan kabudayan
Lirik lagu di atas mengenalkan kita kepada kota Yogyakarta. Kota ini dikenal sebagai kota pelajar, kota seni, dan kota budaya. Dalam hal pendidikan siapa yang tidak mengenal kota ini, adanya Taman Siswa menjadi simbol lahirnya sekolah pertama milik bangsa Indonesia. Kini Yogyakarta memiliki sekolah-sekolah unggulan yang menghasilkan sumber daya manusia yang siap bersaing di era globalisasi. Selain itu kota Yogyakarta menjadi kota pariwisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun asing karena memiliki banyak kebudayaan dan tradisi yang telah memasyarakat.
Beberapa tradisi yang ada di Yogyakarta masih dilestarikan, contohnya Grebeg Mulud, kenduren, nyadran, dan masih banyak lagi. Sebagai contoh yang menarik adalah tradisi berendam pada malam selasa dan jumat. Sangat menarik untuk kita ketahui bahwa tradisi ini belum memasyarakat dan hanya sebagian kecil dari masyarakat kota Yogyakarta yang mengetahui adanya tradisi ini.
Yogyakarta dahulu adalah sebuah Negara yang memiliki adat dan istiadat tersendiri. Oleh karena itu muncul tradisi-tradisi yang ada di masyarakat seperti tradisi berendam ini. Tradisi ini dilakukan di sebuah sendang bernama Candra Jati. Sendang adalah tempat sejenis kolam yang digunakan untuk mandi. Bentuk sendang bermacam-macam seperti lingkaran, persegi, segitiga dan lain-lain.
Sendang Candra Jati berarti bulan yang menerangi malam. Nama ini diberikan oleh sebuah Paguyuban Candra Jati. Diceritakan bahwa nama ini berasal langsung dari yang mahakuasa melalui perantara manusia. Sendang ini berada di kelurahan Banyuraden, dusun Sukunan yang sekarang menjadi kampong wisata lingkungan. Setiap malam selasa dan jumat digunakan untuk berendam.
Tradisi berendam berawal dari tuntunan perguruan yang ada di desa Bulawen, Sleman. Pada awalnya berendam dilakukan selama tujuh hari tujuh malam bahkan ada anjuran sampai empat puluh hari. Murid perguruan ini menerima tuntunan dari sang guru yang turun-temurun dilakukan. Pada akhirnya setelah keluar (lulus) murid-murid perguruan memiliki keinginan untuk melestarikan tradisi ini.
Pada tahun 1987 murid-murid perguruan mendapat petunjuk untuk melakukan berendam di daerah Klaten karena di sana terdapat banyak sendang. Untuk melestarikan tradisi ini maka mereka berangkat dari Yogyakarta menuju Klaten. Pada tahun 1998 terjadi kekacauan, suasana di Klaten sudah tidak aman akibat demo terhadap pemerintah orde baru sehingga memunculkan rasa takut dalam perjalanan. Selanjutnya sampai di Yogyakarta muncul rasa khawatir karena tidak dapat melestarikan tradisi ini. Akhirnya membuat sebuah paguyuban untuk mencari jalan keluar dengan mengadakan pertemuan dan saling bertukar pikiran.
Kemudian mereka mulai untuk mencari lokasi yang sesuai untuk membuat sendang. Mereka mencari dari daerah Sleman dan Bantul namun tidak mendapatkan tempat yang sesuai karena air yang ada didaerah tersebut kotor.
Pada akhirnya mereka menemukan tempat yang sesuai di daerah banyuraden milik seorang warga. Sebelum menjadi sendang tempat ini berupa Ibelik yaitu tempat pemandian umum berukuran kecil, di tempat ini terdapat sumber mata air yang jernih. Pada tahu 2002 mulailah dibangun sendang di atas tanah pinjaman dari warga tersebut. Dalam pembangunannya memerlukan biaya sampai Rp 20.000.000 yang berasal dari donator warga. Setelah sendang tersebut jadi maka dinamakan sendang Candra Jati tradisi ini dapat dilakukan kembali.
Tradisi berendam ini dilakukan setiap malam selasa dan jumat, berbeda dengan tuntunan yang menganjurkan untuk berendam selama empat puluh hari dari sang guru. Mereka mengaitkan dengan puasa senin-kamis yang mereka lakukan. Tradisi ini dilakukan pada pukul dua belas malam dan berlangsung selama satu jam. Ketika berendam hati harus tenang karena mereka percaya bahwa pada saat itu mereka sedang berkomunikasi langsung dengan Sang Mahakuasa. Dengan menggunakan udeng yaitu sejenis selendang yang didikat di kepala sebagai pelengkap tradisi. Sebelum berendam mereka niat terlebih dahulu agar selama berendam hati mereka menjadi tenang. Setelah menunjukkan pukul dua belas maka tanda berupa sirine dibunyikan. Berendam dimulai selama satu jam.