Mohon tunggu...
Muarif Essage
Muarif Essage Mohon Tunggu... Guru - pembaca sastra

lahir di Tegal, 25 Mei 1969. Seorang guru, ia lebih sering membaca karya sastra dan membicarakannya dalam bentuk ulasan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Orang Gila

11 Januari 2022   11:59 Diperbarui: 11 Januari 2022   12:05 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada perbedaan perilaku di sana, yakni melepaskan diri orang gila hingga telanjang dan melepaskan diri "kamu". Pembaca tentu bertanya-tanya, apa maksud Sapardi membuat perbedaan perilaku orang gila. Ada makna yang ingin disasar Sapardi dalam puisi tersebut.

/2/

Puisi yang berjumlah lima baris itu, secara tekstual terbagi atas dua bagian. Bagian pertama, baris-baris yang oleh Sapardi sengaja dicetak miring yang menandakan sebagai teks pernyataan langsung. 

Baris-baris itu berbunyi, "Apakah orang gila bisa bermimpi?", "Apakah orang gila punya masa lalu?", dan "Sabdakan, wahai, Yang Mahabesar!" Bagian kedua, baris-baris -yang sudah dikutip di bagian awal catatan ini- berbunyi "Ia tengah melepaskan dirinya selembar demi selembar sampai sepenuhnya telanjang" dan "Jangan ganggu, ia sedang melepaskanmu selembar demi selembar". Kedua baris puisi ini merupakan pernyataan tidak langsung dan berfungsi sebagai narasi.

Khusus pada bagian pertama, terkandung dua baris puisi berbentuk kalimat interogatif berjenis retoris dan satu baris puisi berbentuk kalimat imperatif. Ada kesan kalimat imperatif pada baris yang berbunyi "Sabdakan, wahai, Yang Mahabesar!" bernada negatif, yakni penyair memberi perintah kepada Tuhan agar mengeluarkan firman-Nya. 

Padahal bila kita cermati, maksud kalimat imperatif tersebut mengandung ajakan dan harapan penyair agar pembaca berbuat sesuatu. Tepatnya, mengajak kita untuk memperhatikan dan mengikuti apa yang telah disabdakan Tuhan. Bila demikian halnya, apa hubungan antara orang gila dengan sabda Tuhan?

Dalam perspektif Islam, saya teringat perihal orang gila yang terkandung dalam Al Qur'an. Allah telah bersabda, "Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, siapa di antara kamu yang gila" (Surat Al Qalam, ayat 5-6). Dalam Tafsir Al-Mukhtashar/Markaz Tafsir Riyadh di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) menyebutkan bahwa orang yang memiliki sifat-sIfat yang mulia bukanlah orang gila. 

Nabi dan orang-orang musyrik  akan mengetahui dengan pasti siapa yang lebih layak disebut orang gila. Sesungguhnya Allah mengetahui siapa yang mengikuti jalan-Nya dan siapa yang berpaling dari-Nya (tafisrweb.com).

Lebih jelas lagi bila kita membaca sebuah riwayat ketika Nabi Muhammad melewati sekelompok orang yang sedang berkumpul. Rasul bertanya, "Karena apa kalian berkumpul di sini?" Para sahabat menjawab, "Ya Rasullullah, ini ada orang gila sedang mengamuk. Karena itulah kami berkumpul di sini". Rasulullah lalu bersabda, "Orang ini bukan gila. Ia sedang mendapat musibah. Tahukah kalian orang gila yang sebenar-benarnya gila?" Para sahabat menjawab tidak tahu. 

Rasulullah kemudian menjelaskan, "Orang gila ialah orang yang berjalan dengan sombong, yang memandang orang dengan pandangan yang merendahkan, yang membusungkan dada, berharap akan surga Tuhan sambil berbuat maksiat kepadaNya, yang kejelekannya membuat orang tidak aman, dan kebaikannya tidak pernah diharapkan. Itulah orang gila yang sebenarnya. Adapun orang ini, dia hanya sedang mendapat musibah saja" (republika.co.id).

Referensi tentang sebutan orang gila dalam Al Qur'an dan Hadits tersebut mungkin dipandang sebagai rujukan sampingan di luar teks puisi "Apakah Orang Gila Bisa Bermimpi?" Sebab, bagaimana pun referensi-luar teks apa pun tetap akan kita tempatkan sebagai ekstrinsikalitas. Referensi ini berguna dalam rangka memperkuat makna teks puisi Sapardi yang secara intrinsikalitas harus mendapatkan fokus bahasan utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun