Pernahkah Anda membayangkan sebuah dunia di mana setiap orang berbicara dengan logat dan struktur kalimat yang berbeda-beda, bahkan untuk satu bahasa yang sama? Komunikasi akan menjadi kacau, miskomunikasi akan terjadi di mana-mana, dan proses paling sederhana pun akan memakan waktu berlipat-lipat. Dalam kekacauan itu, peradaban tidak akan bisa berkembang secara efisien. Di sinilah tata bahasa hadir sebagai pilar fundamental.
Bukan sekadar aturan kaku tentang subjek, predikat, dan objek, tata bahasa adalah cetak biru komunikasi yang terstruktur. Ia ibarat algoritma yang membuat informasi dapat diproses dan dipahami oleh semua orang. Tanpa tata bahasa, bahasa hanya akan menjadi kumpulan kata yang tidak memiliki makna yang jelas, seperti tumpukan balok Lego yang belum dirakit.
Dari Komunikasi Individual Hingga Kolaborasi Massal
Dalam skala individu, tata bahasa memungkinkan kita mengekspresikan pikiran, perasaan, dan ide dengan presisi. Saat menulis surat, email, atau bahkan pesan singkat, tata bahasa yang baik memastikan pesan kita tidak ambigu. Ini meminimalkan kesalahpahaman yang bisa berujung pada konflik atau penundaan. Bayangkan seorang arsitek yang memberikan instruksi pembangunan tanpa struktur kalimat yang benar; hasilnya bisa jadi bencana.
Namun, peran tata bahasa jauh lebih besar dari sekadar komunikasi antar-individu. Ia adalah fondasi bagi kolaborasi massal. Saat sebuah peradaban membangun sistem hukum, menciptakan literatur ilmiah, atau bahkan menjalankan birokrasi, semua itu membutuhkan bahasa yang terstandarisasi. Dokumen-dokumen hukum harus ditulis dengan tata bahasa yang presisi agar tidak bisa ditafsirkan ganda, memastikan keadilan dapat ditegakkan. Jurnal ilmiah harus menggunakan tata bahasa baku agar penemuan dari satu belahan dunia bisa dipahami dan diverifikasi oleh ilmuwan di belahan dunia lain.
Jembatan Menuju Pengetahuan dan Kemajuan
Tata bahasa juga merupakan jembatan menuju pengetahuan. Buku, ensiklopedia, dan materi edukasi lainnya ditulis dengan aturan-aturan tata bahasa yang memungkinkan pembaca menyerap informasi secara logis dan sistematis. Ketika seorang anak belajar membaca, ia tidak hanya mengenal huruf, tetapi juga pola kalimat yang akan membuka pintu ke dunia ilmu pengetahuan yang luas. Tanpa tata bahasa yang baku, pendidikan akan terhambat, dan setiap generasi harus berjuang untuk memahami pengetahuan yang sudah ada.
Lebih jauh lagi, tata bahasa yang efisien memungkinkan kemajuan teknologi dan inovasi. Bahasa pemrograman, misalnya, adalah bentuk tata bahasa yang sangat ketat dan logis. Setiap simbol dan perintah harus ditempatkan pada posisi yang benar agar program dapat berjalan. Hal yang sama berlaku untuk bidang lain yang membutuhkan akurasi tinggi, seperti teknik, kedokteran, dan keuangan. Tata bahasa yang rapi pada dasarnya melatih pikiran kita untuk berpikir secara terstruktur, sebuah keterampilan yang esensial untuk memecahkan masalah kompleks.
Mengapa Kita Harus Perlu Peduli?
Dalam era digital ini, sering kali kita melihat penggunaan bahasa yang longgar, penuh singkatan, dan tanpa struktur yang jelas. Memang, bahasa selalu berkembang, dan tidak ada yang salah dengan bentuk komunikasi kasual. Namun, kita tidak boleh melupakan pentingnya tata bahasa formal dalam konteks yang tepat.
Mempelajari dan menggunakan tata bahasa yang baik bukanlah soal menjadi "sok pintar" atau "kaku". Ini adalah investasi untuk masa depan diri sendiri dan peradaban. Ini tentang membangun landasan yang kokoh agar ide-ide kita dapat tersampaikan dengan jelas, kolaborasi dapat berjalan tanpa hambatan, dan peradaban dapat terus bergerak maju secara efisien.
Jadi, mari kita hargai tata bahasa bukan sebagai beban, melainkan sebagai alat paling penting yang kita miliki untuk membangun peradaban yang lebih teratur, cerdas, dan efisien. Sekian dari saya Muadz Arfa Panjaitan, sampai bertemu lagi.
-
Special thanks to :Kompasiana (@kgmediaid), Arfa Mayantara Digital (@arfamayantara)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI