Pendahuluan
Ketika seseorang terkagum-kagum memandang bangunan yang mengagumkan, segera terlintas pertanyaan siapa yang merancang bangunan tersebut. Jarang terlintas di pikiran siapa tukang bangunan yang membangunnya.
Ketika seseorang terpesona dengan kaligrafi yang indah, mereka bertanya-tanya siapa pembuatnya. Jarang terlintas di pikiran siapa yang membuat kuas pena yang digunakan untuk menggores garis-garis indah sebagai goresan artistik.
Ketika seseorang terkagum-kagum dengan sebuah aplikasi gim komputer, mereka hanya mengingat produser yang menerbitkan gim tersebut; tidak terlintas bagaimana aplikasi komputer tadi dibangun menggunakan suatu perangkat pengembangan yang canggih; sehingga pengembang gim tidak perlu pusing dengan kerumitan pembuatan animasi dan tranformasi rumit grafiknya.
Sekarang, ketika kecerdasan artifisial (AI) semacam Large Language Model (LLM) (selanjutnya disebut LLM saja) yang begitu canggih menyelesaikan karya tulisan, justru banyak orang keberatan dan mempertanyakan kepantasan kontribusi authorship-nya (kepengarangannya).
Mengapa LLM tidak diperlakukan sama seperti pada peristiwa sebelumnya? Sebelumnya mereka tidak mempersoalkan tukang-tukang batu yang membuat gedung, para pengrajin yang membuat kuas, atau para pengembang perangkat lunak yang telah membuat perangkat pengembangan aplikasi komputer?
Refleksi Filosofis
Dengan makin maraknya pelibatan LLM dalam mengembangkan hasil tulisan, banyak orang mengajukan keberatan pada ‘kontribusi otentik’ pengarang pada suatu karya tulisan yang menggunakan LLM.
Apa ‘kontribusi unik dan khas’ yang perlu dituntut dari seorang pengarang dan apa yang boleh atau wajar diserahkan kepada mesin LLM? Layaknya para pekerja bangunan yang telah melakukan pekerjaan-pekerjaan dasar untuk mewujudkan hasil akhir dari seorang arsitek?
Jika, ‘struktur kalimat’ seperti tembok, dan ‘paragraf’ seperti ruangan, lalu ‘karangan’ seperti bangunan, maka mengapa tulisan hasil LLM dipersoalkan ‘keotentikan kepengarangannya’, sedangkan sebuah bangunan diapresiasi langsung atribusinya pada arsiteknya tanpa suatu perdebatan?