Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Ad Altiora, Cerita 75 Tahun Seminari Menengah Christus Sacerdos

26 September 2025   18:17 Diperbarui: 27 September 2025   18:00 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul depan buku "Ad Altiora 75 Tahun Peziarahan Panjang Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematangsiantar 1950-2025" (Dokumentasi Pribadi)

Namun demikian, sajian yang diklaim "teks sejarah" tersebut sebenarnya cukup berhasil menggambarkan tren perkembangan SMCS selama 75 tahun.  Teks tersebut berhasil mengungkap fakta-fakta pribumisasi kepemimpinan SMCS, pemendekan masa sekolah calon imam, dan kecenderungan SMCS semakin inklusif dalam kepemimpinan dan pilihan tarekat/diosesan bagi seminaris.

Bisa dikatakan bab-bab sejarah dalam Ad Altiora belumlah terbilang teks sejarah (history).  Lebih tepat untuk mengatakannya sebagai teks cerita (story) yang mendekati sejarah.  Tapi itu pun sudah terbilang kemajuan signifikan, bila dibanding dengan dua buku terdahulu.

75 Tahun SMCS:  6,520 Seminaris, 331 Imam, dan 7 Uskup

Buku Ad Altiora cukup berhasil membuka fakta untuk menjawab harapan Uskup Brans tentang pribumisasi hirarki dan pelayanan Gereja di Provinsi Gerejawi Medan -- meliputi wilayah KAM, Keuskupan Sibolga, dan Keuskupan Padang. Dari total 6,520 seminaris SMCS dalam 75 tahun, sebanyak 331 orang (5%) akhirnya tertahbis menjadi imam.  

Dari 331 orang imam itu,  7 orang kemudian menjadi uskup.  Mereka adalah Mgr. A.G. Pius Datubara, OFM Cap (Medan), Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFM Cap (Sibolga, kemudian Medan), Mgr. Martinus D. Situmorang, OFM Cap (Padang), Mgr. Ludovicus Simanullang, OFM Cap (Sibolga), Mgr. Kornelius Sipayung, OFM Cap (Medan), Mgr. Fransiskus T.S. Sinaga, Pr (Sibolga), dan Mgr. Victorius Dwiardy, OFM Cap (Banjarmasin). Cerita tentang tujuh uskup ini secara khusus disajikan dalam Bab 6 Bagian Pertama.

Sesuai harapan Uskup Brans, pada pundak 331 orang imam alumni SMCS itulah proses pribumisasi hirarki dan pelayanan Gereja Katolik di Provinsi Gerejawi Medan berlangsung dengan mulus.  Pribumisasi itu terutama ditandai dengan pergantian pejabat uskup dari imam misionaris kepada imam pribumi di KAM, Keuskupan Padang, dan Keuskupan Sibolga. Secara simultan jabatan parochus (pimpinan paroki) juga dialihkan dari imam misionaris kepada imam pribumi.  

Perlu Edisi Revisi

Kehadiran buku Ad Altiora, bagaimana pun, telah mengisi relatif kekosongan buku "sejarah"  seminari di Indonesia.  Ada 5o seminari menengah di seluruh Indonesia. Seminari Menengah Christus Sacerdos adalah satu dari sedikit seminari yang telah menuliskan sejarahnya secara cukup lengkap -- atau sekurangnya "cerita mendekati sejarah".

Satu hal menarik yang diungkap buku ini adalah tentang nama Seminari Menengah Christus Sacerdos.  Sampai tahun 1999 seminari ini hanya disebut Seminari Menengah Pematangsiantar.  Barulah pada tahun 2000n, saat Pesta Emas (50 tahun), nama aslinya yaitu "Christus Sacerdos" ditemukan kembali. 

Buku ini juga menyajikan profil sejumlah pastor formator dan guru legendaris SMCS. Salah seorang di antaranya adalah Pastor Eduard Verrijt, OFM Cap. Pastor Verrijt adalah seorang misionaris Belanda yang sejak kedatangannya ke Indonesia tahun 1956 hingga akhir hayatnya (2016) hanya berkarya di SMCS. Motto kerjanya, Corona Mea Vos Estis (CMVE, Engkaulah Mahkotaku), kemudian diadopsi menjadi nama perkumpulan awam alumni SMCS.

Kata pepatah Latin: perfectum est inimicum boni, kesempurnaan adalah musuh kebaikan. Maksudnya ketaksempurnaan jangan menghalangi niat berbagi.  Dalam konteks buku Ad Altiora, ketaksempurnaan tidak boleh menghalangi penerbitan dan penyebarannya.

Tapi ketaksempurnaan juga adalah utang yang harus dilunasi, untuk tiba pada ketaksempurnaan baru pada tataran yang lebih tinggi.  Demikianlah buku Ad Altiora memerlukan revisi lagi untuk menggenapinya menjadi "teks sejarah" SMCS seutuhnya. Tulisan-tulisan opini dan pengalaman pada Bagian Kedua kiranya bisa digunakan sebagai sumber untuk melengkapi penulisan sejarah itu. Tentu juga perlu mengumpulkan sumber-sumber baru, kritik sumber, tafsir, dan penulisan yang memenuhi kaidah-kaidah metode sejarah.

Secara khusus daftar nama seminaris dan alumni imam yang terlampir di akhir buku busa diolah dan dianalisis. Data itu bisa mengungkap dari paroki/stasi mana jumlah seminaris dan imam tertahbis paling banyak. Ini penting untuk mempelajari lebih lanjut pola-pola pembangunan panggilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun