Para pelancong itu juga "menemukan" Bukit Tulas sebagai titik pandang terbaik untuk menikmati eksotisme pulau mungil itu. Bukit itu mereka juluki "Bukit Burung". Mungkin karena dari kejauhan bukit itu membentuk citra burung yang sedang minum air danau.
Pelancong-pelancong penikmat alam itu menemukan fakta bahwa Pulau tulas lebih indah dipandang dari jauh ketimbang dilihat dari dekat. Ada sejumlah pelancong yang pergi ke sana, naik perahu warga lokal dengan ongkos Rp 15,000 per kepala. Tapi sesuatu yang terlihat indah dari jauh, belum tentu tampak indah dari dekat. Seperti bulan yang indah hanya jika dilihat dari bumi.
Menggelar konser di Bukit Tulas atau Bukit Burung, dengan latar belakang Pulau Tulas, adalah satu cara terindah untuk menikmati keelokan pulau itu. Menikmati sekaligus harmoni alunan musik yang indah, lantunan vokal yang merdu, dan latar belakang pulau yang eksotis bukanlah pengalaman yang biasa-biasa saja. Alam Tulas serasa bernyanyi hanya untukmu.
Musisi Batak, Vicky Sianipar sudah membuktikan itu. Suatu hari di tahun 2021 dia dan teman-temannya, antara lain Aksan Sjuman, Titi DJ, Reza Artamevia, dan Alsant Nababan, mengelar konser "Nyanyian Danau Toba" di Bukit Tulas. Menonton konser itu di YouTube memberikan pengalaman luar biasa. Musik dan vokal penyanyi terdengar lebih indah, dan alam Pulau Tulas juga terlihat menjadi lebih indah.
[Video: Titi DJ menyanyikan lagu "Arga Do Bona Ni Pinasa" dengan latar belakang Pulau Tulas dalam konser "Nyanyian Danau Toba" tahun 2021.]
Ketiga unsur itu, musik, vokal, dan alam bersinergi menghasilkan keindahan baru yang sempurna. Semisal Titi DJ terlihat lebih cantik, suaranya terdengar lebih merdu, musik gondang dan seruling Batak terdengar lebih indah, gebukan drum Aksan terasakan lebih magis, dan Pulau Tulas tampak menjadi lebih elok.
Barangkali konser musik di bibir tebing Kaldera Toba, seperti dilakukan Vicky Sianipar dan kawan-kawan, adalah sebuah kemasan wisata mata, telinga, dan rasa yang layak dikembangkan di Tulas. Tidak cukup menggelar konser secara insidental, tapi baiklah jika dia menjadi agenda tetap dalam Kalender Wisata Kaldera Toba. Tak hanya Vicky Sianipar, tapi juga musisi lain yang berkaliber nasional atau internasional.
Bahkan tidak hanya konser musik. Suatu sendratari kolosal juga sangat pantas digelar di sana. Pun dengan sebuah pertunjukan "Opera Batak" -- paduan drama, tari, musik, dan nyanyi -- yang, tentu saja, sudah direvitalisasi menjadi sebuah pertunjukan "kelas dunia". (eFTe)
***
Catatan Kaki:
[1] "Apa sesungguhnya nama istri Datu Parulas Parultop?", marga.siboro.org.