Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dolok Partangisan, Saksi Bisu Perbudakan di Tanah Batak Tempo Dulu

17 Februari 2024   16:32 Diperbarui: 19 Februari 2024   06:52 1662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Rura Partangisan, pintu masuk Dolok Partangisan dari arah kota Doloksanggul, Humbang Hasundutan (Foto: YouTube Ferry Manru)

"Jangan hanya takut kencing di Dolok Partangisan tapi ingatlah perbudakan sesama orang Batak telah mati dan dikuburkan di situ." -Felix Tani

Jika berkendara ke barat laut dari Doloksanggul, Humbang Hasundutan menuju Sidikalang, Dairi, maka akan terlewati suatu perbukitan dengan jalur berkelok-kelok, kadang ekstrim. Koridor utara jalan itu adalah puncak perbukitan, selatannya alur lembah. Jalur itu sepi, tanpa bangunan rumah di kiri atau kanannya. 

Jalur itu sohor dikenal sebagai Dolok Partangisan (Bukit Ratapan), atau Rura Partangisan (Lembah Ratapan), bila merujuk pada bentang lembah di sisi selatannya. Jika merujuk Peta Google, jalur itu terentang di satu wilayah yang kini secara administratif menjadi Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Humbahas. 

Tetengernya adalah sebuah jembatan di sebuah tikungan tajam, disebut sebagai Jembatan Rura Partangisan. Jembatan itu adalah "pintu masuk" ke Dolok Partangisan, jika berkendara dari Doloksanggul. Atau "pintu keluar" jika berkendara dari Sidikalang atau Pangururan (Samosir).

Setelah lewat jembatan itu ke arah barat laut, maka hanya ada jalan agak menanjak berkelok-kelok, kiri-kanannya hutan. Orang setempat mengenalinya sebagai jalur angker. Kerap terjadi kecelakaan di situ, lazimnya kendaraan terjun ke jurang. 

Bila seseorang menumpang kendaraan umum lewat jalur itu, lalu kebelet kencing hingga kandung kemihnya akan meletus, supir tak akan menghentikan kendaraan sekalipun tengkuknya ditempeli moncong laras karabin. Kencing di jalur angker itu diyakini akan berujung petaka. Entah kendaraan menghajar dinding tebing atau, lebih sering terjadi, terjun bebas ke dalam lembah.

Pertengahan 1990-an aku pernah berkendara melewati jalur itu. Tapi waktu itu belum tahu kalau jalur Dolok Partangisan itu angker. Walau ada rasa merinding saat lewat jalur sepi itu.

Lalu kenapa daerah perbukitan tersebut dinamai Dolok Partangisan? Atau lembahnya disebut Rura Partangisan?

Ternyata ada sangkut-pautnya dengan gejala parhotobanon, perbudakan dalam masyarakat Batak tempo dulu. Aku coba paparkan di bawah ini.

Peta lokasi Desa Hutajulu, Pollung Humbahas (atas). Dolok Partangisan membentang antara HKBP Hutajulu dan HKBP Hutagalung, dengan vegetasi hutan (bawah) (Sumber: Google Map
Peta lokasi Desa Hutajulu, Pollung Humbahas (atas). Dolok Partangisan membentang antara HKBP Hutajulu dan HKBP Hutagalung, dengan vegetasi hutan (bawah) (Sumber: Google Map
Peta lokasi Desa Hutajulu, Pollung Humbahas (atas). Dolok Partangisan membentang antara HKBP Hutajulu dan HKBP Hutagalung, dengan vegetasi hutan (bawah) (Sumber: Google Map
Peta lokasi Desa Hutajulu, Pollung Humbahas (atas). Dolok Partangisan membentang antara HKBP Hutajulu dan HKBP Hutagalung, dengan vegetasi hutan (bawah) (Sumber: Google Map

Perbudakan di Tanah Batak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun