Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perempuan Tenun di Danau Toba, Livery Baru Air Asia Menyambut F1H2O Balige 2023

25 Februari 2023   16:15 Diperbarui: 25 Februari 2023   18:29 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Corak Danau Toba, bunga kecombrang, dan wanita penenun di badang pesawat Air Asia.(Dok. Toba Tenun/kompas.com)

Tumtuman sendiri lazim digunakan sebagai sortali, ikat kepala. Selain untuk melindungi kepala dari panas dan hujan, sortali itu mencerminkan hatongamon, kewibawaan. 

Pilihan tiga jenis ulos itu -- ragi hotang, ragidup, da tumtumsn -- jelas menunjuk pada ikatan cinta-kasih dan berkah Tuhan sebagai basis kehidupan yang indah, sukses, bahagia, dan wibawa.  Kembang rias merah menguatkan keelokan hidup semacam itu.

Itulah kesempurnaan hidup menurut budaya Batak. Seperti disimbolkan kesempurnaan ulos sebagai hasil kerja perempuan tenun parpitu lili, pengguna tujuh lidi tenun, penenun dengan keahlian tertinggi. 

Motif ulos itu, semisal ragidup, sangatlah rumit. Tapi perempuan tenun parpitu lili dapat menenunnya secara presisif. Sehingga motif ulos terlihat rapih dan indah.

Barangkali nilai presisi, ketepatan, itu layak disematkan juga pada maskapai Air Asia. Penumpang mengharapkan penerbangan yang presisif. Mulai dari presisi waktu, layanan kru di darat dan udara,  sampai pada kinerja pesawat.

Empat perempuan tenun itu mencerminkan suhi ni ampang na opat, empat sudut dasar bakul, kesempurnaan struktur sosial Batak. Tiga unsur Dalihan na Tolu yaitu hula-hula (pemberi istri),  dongan tubu (kerabat segaris darah), dan boru (penerima istri). Ditambah unsut keempat yaitu raja, tetua kampung.


Relasi empat unsur itu diatur oleh sistem nilai berikut: somba (hormat) marhula-hula, manat (santun) mardongan tubu, elek (kasih) marboru, pantun (patuh) marraja. 

Sistem nilai itu adalah modal sosial yang menyokong pembentukan harmoni dalam kehidupan sosial Batak. Tidak saja dalam relasi internal Batak, tetapi juga dengan orang luar, pendatang semacam wisatawan.

Adat Batak menempatkan pendatang, wisatawan, sebagai boru. Dengan begitu, wisatawan bagi orang Batak sejatinya adalah pihak yang wajib dielek, disayang atau dikasihi.

Kehidupan harmonis Batak yang didasari kasih itu kemudian berkoevolusi dengan alam Danau Toba. Orang Batak memperindah kawasan Danau Toba lewat pemeliharaan dan pengembangan alam buatan seperti sawah berundak di kembah-lembah sekeliling danau. Lingkungan danau juga nemperindah kehidupan orang Batak dengan menyediakan sumber-sumber hidup.

Koevolusi alam dan manusia Batak menghasilkan komposisi alam buatan dan alam asli yang indah menawan di Balige, Toba (Foto: Kanal YouTube RD Explorer/screenshot)
Koevolusi alam dan manusia Batak menghasilkan komposisi alam buatan dan alam asli yang indah menawan di Balige, Toba (Foto: Kanal YouTube RD Explorer/screenshot)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun