Engkong bilang "hampir semua kompasianer", ya. Karena ada sekurangnya seorang yang dikecualikan yaitu Felix Tani. Pak Tjip konsisten memanggil Felix dengan sapaan "pak", sementara Bu Lina menggunakan sapaan "mas". Secara genealogis itu berarti "anak" Felix telah menikah dengan "adik" Felix.
Pak Tjip dan Bu Lina inses, dong! Yo ben ae. Ini dunia maya. Apa sih yang gak boleh?
Mengikuti logika di atas, maka Kompasianer tertua adalah Engkong Felix. Kompasianer paruh-baya adalah Acek Rudy, karena sudah sibuk dengan jurus-jurus Kamasutra. Dan yang termuda adalah David Abdullah, karena masih sibuk cari camer. Catat, cari camer, bukan cari calon istri.
Sampai sini jelas, ya, mengapa Engkong bilang Admin memihak dan melayani kepentingan satu keluarga besar di Kompasiana. Itulah "Keluarga Besar Tjip-Lina Kompasiana".Â
Ada yang keberatan? Kurangilah bebanmu. Gampang, kan?
Sekarang kamu jadi mengerti mengapa artikel Pak Tjip dan Bu Lina gak pernah jadi AU, bukan? Itu karena orangtua yang baik harus mendahulukan kepentingan anak-cucu. Maka Pak Tjip dan Bu Lina selalu konsisten menulis artikel Anti-AU.
Catatan akhir. Pertanyaan tentang keberatan di atas gak berlaku untuk kompasianer David Abdullah, ya. Sebab milenial daluarsa ini sedang mengharap kompasianer Prajna Dewi sebagai camer dan kelak jadi mertua. Â
Sebenarnya itu aneh sekali. Sebab setahu Engkong, Mas David dan Mbak Prajna itu sepantaran. Sama-sama post-X atau pra-Y gitulah. Berarti anak perempuan Mbak Prajna itu kan masih bocah, ya. Ih, serem, Mas David jadi pedofil.
Ah, tapi Kompasiana ini kan dunia maya, ya. Apa saja bisa terjadi, bukan?
Dilarang ketawa! (eFTe)
Â