Tupakir itu "tulis tanpa pikir". Memangnya ada yang macam itu?Â
Kalau Engkong Felix bilang ada, ya, adalah itu. Keberatan? Demo sana berjulid-julid.
Bukan asal ngomong. Engkong tunjuk hidung contoh Kompasianer Tupakir, ya.Â
Kalau salah, abaikan. Namanya juga contoh, bukan aslinya.
Daeng Asrul, pakar sampah. Bukan daeng yang sampah. Tapi dia pakar dunia persampahan.
Beberapa hari lalu dia nulis soal kemungkinan bau sampah dari TPA Benowo meruap ke Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya.Â
Risikonya, kata Daeng Asrul, pemain dan penonton pertandingan kualifikasi Piala Asia U-20 bisa semaput kebauan.
Ah, gampang solusinya, kata Engkong. Pemain dan penonton wajib pakai masker.
Atau cara inovatif lain. TPA Benowo suruh pakai masker. Itu pernah terjadi di Jakarta saat Asian Games 2018. Kali Item di Kemayoran dimaskeri pakai waring agar baunya gak meruap ke Wisma Atlet. Â
Sukses? Entahlah. Tapi jelas gak ada berita atlet Asian Games semaput mencium bau Kali Item.
Contoh lain, Kompasianer Bu Isti -- staf ahli Ikatan Suami Takut Istri, barangkali).
Baru saja bu Isti nulis soal tempe gembus. Katanya saat dia akan berangkat ke pasar, suaminya pesan dibelikan. Pulang dari pasar, eh, suaminya ternyata masih tidur.
Lha, jadi yang pesan tempe gembus tadi suami siapa, Bu Isti?
Masih mau contoh lain? Ah, males, Engkong lagi di mode Quiet Quitting.Â
Engkong bjorkan (bocorkan) nama-namanya saja, ya. Ini:
- Pak Tjip dan Bu Lina, menulis dari hati, gak perlu mikir.
- Uda Ayah Tuah, idem.
- Katedrarajawen, idem.
- Mas Ronny, pasti ilmiah, gak perlu mikir lagi ini ilmiah atau nggak, ya.
- Acek Rudy, spesialis artikel palugada, gak mikirin topil.
- Uda Irwan Sikumbang, idem.
- Guido Arisso, gak nulis lagi, jadi buat apa mikir.
- Pebrianov, idem.
- David Abdullah, gak mikirin elu, tapi Amanda Manoppo, mungkin.
- Mbak Diah, hanya nulis psikologi, gak mikir yang lain.
- Mas Guru Arif, apa ya, gak kepikiran.
- Mbah Ukik, sepedaan kesana-kemari, eh, jadi artikel.
- Daeng Sirpa, orang lain yang mikir buat nulis, dia cuma komen.
- AkiHensa, cukup nonton bola jadilah artikel, yang mikir itu Shin Tae Yong.
- Kang Budi Susilo, dari makanan sampai bangunan diganyang habis tanpa mikirin Engkong.
- Bu Prajna, habis ngajar terbitlah tulisan.
- Mbak Ari, gak mikirin centang biru.
- Kamu, kamu, dan kamu, kalau mau.
Engkong Felix ngefans pada para kompasianer tupakir itu. Termasuk padamu yang belum Engkong sebut namanya.Â
Tupakir itu menulis lepas, tanpa intensi dan tendensi ini itu.Â
Mereka tak pusing memikirkan mau nulis apa. Apa yang diindra atau diingat, ya, itulah yang ditulis. Asli, segar, kreatif. Hasilnya sering tak terduga.
Tupakir is beyond thinking! Â (eFTe)
Â