Lagi pula, menurut Engkong tidak ada satupun ruang publik  yang tergolong "zona nyaman" untuk menulis.  Jika ada, maka itu adalah ruang privat bernama diari.Â
Diari itu ruang tulis dari diri, oleh diri, untuk diri sendiri. Â Dia adalah ruang bermanja diri. Â Bisa menulis, misalnya, "Di, aku kesal, deh, sama Engkong. Â Masa dia bilang artikelku sampah? Â Padahal artikel dia kan lebih ampas dari sampah? Kau setuju denganku, kan, Di?" Macam itulah, pokoknya cemen banget.
Menurut Engkong, menulis di ruang  "zona nyaman" membuat seorang penulis kerdil. Penulis bisa menjadi "besar" jika menerima diri ditempa oleh cercaan dan hinaaan dari pembacanya. Juga jika menerima tulisannya dinilai sampah oleh Admin atau penerbit atau apapun namanya oligarki literasi itu. Batuan jadi berlian karena mendapat tekanan mahakeras dari seluruh penjuru.
Mayoritas kompasianer mulai menulis dalam kondisi tidak nyaman di K karena berbagai alasan.  Semisal malu tulisannya jelek, takut artikelnya dikritik, dan khawatir anggitannya tak dibaca orang. Padahal proses menulisnya  pakai keringat garam segala.Â
Tapi lihatlah, mereka sekarang menjadi penulis-penulis yang percaya diri.  Mereka  menghasilkan artikel-artikel yang layak-baca, dan sebagaian punya signature. Mereka adalah para kompasianer yang kuat, pantang mundur dari zona taknyaman. Â
Karena itu, menurut Engkong, para kompasianer yang masih bertahan di K adalah penulis-penulis hebat.  Bukan penulis cemen plus cengeng.  Dicubit sikit langsung meraung dan minggat tak tentu rimba. (Tentu ini tak berlaku bagi kompasianer yang sedang"cuti nulis", kaena alasan pribadi.
Tapi memang harus diakui juga.  Tak semua kompasianer itu penulis hebat.  Sekurangnya ada seorang penulis rendahan di sini. Kerjanya memproduksi artikel-artikel perisakan terhadap sesama kompasianer dan Admin K.  Pokoknya dia sumber dari segala sumber noise di K.  Sehingga dalam event "Kompasianival 2021" (entah kapan)  akan dianugerahi penghargaaan "Best of Bullying".
Dengan bangga, Engkong memperkenalkan kompasianer tersebut, "Dia adalah Felix Tani!" Bagi Felix Tani, K adalah "zona nyaman" untuk menebar benih-benih "ketaknyamanan". Â (eFTe)