Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Baim Wong dan Sindrom Good Samaritan

13 Oktober 2021   13:56 Diperbarui: 14 Oktober 2021   02:04 2262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi good samaritan | hermitagemuseum.org

Pertunjukan semacam itu membentuk citra Baim sebagai "orang kaya yang murah hati". Disadari atau tidak, citra semacam itulah yang ditarget oleh seseorang yang terjangkit Sindrom Good Samaritan.

Ada logika ekonominya. Konten kemurahan hati disukai khalayak. Maka konten itu di-view dan di-like banyak orang. Kanal Youtube-nya juga akan di-subscribe banyak orang. 

Semakin banyak subscriber, view, dan like, semakin banyak adsense dan, karena itu, semakin besar pendapatan. Semakin besar pendapatan, maka semakin besar surplus untuk modal produksi konten serupa terus-menerus.

Uang yang dibagikan Baim, juga Youtuber lain yang sejenis, kepada orang-orang kecil terhitung sebagai komponen biaya produksi. Jumlahnya adalah "sebutir kacang" dibanding pendapatan yang didulang dari Youtube. 

Itu murni kegiatan bisnis kapitalistik. Orang-orang kecil yang ditolong itu bukanlah subyek, melainkan obyek bisnis atau, lebih buruk lagi, sekadar alat produksi. 

Celakanya, bagi banyak penonton lapisan bawah yang kurang cerdas, Baim di Youtube dianggap sama dengan Baim sejatinya. Mereka tak bisa membedakan "pencitraan" dan "kesejatian". 

Mereka memuja Baim, menganggapnya sebagai "orang muda kaya yang baik hati". Orang yang sedia menolong siapapun yang berkesusahan. Kapanpun di manapun. Tanpa pandang bulu.

Persepsi seperti itulah yang tertanam di benak Suhud. Mungkin dia betul orang miskin yang butuh duit. Lalu, saat melihat Baim di depannya, dia yakin telah menemukan solusi untuk masalahnya.

Tapi Suhud tidak paham, seseorang yang terkena Sindrom Good Samaritan datang kepada orang yang akan ditolongnya. Bukan didatangi oleh orang yang memerlukan pertolongan. 

Begitulah Baim sebagaimana tampil di Youtube-nya. Pemberian bantuan atau pertolongan kepada seseorang harus sesuai dengan skenario yang dibangunnya. Entah itu skenario formal di atas kertas, atau skenario berupa "pengetahuan siap" di benaknya. 

Baim memilih sendiri, berdasar kriteria subyektifnya, orang yang akan dibantu. Berdasar hasil dialognya, dia sendiri yang menentukan berapa rupiah jumlah bantuan. Juga menentukan untuk apa bantuan itu harus digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun