Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merokok Itu Soal Budaya, Bukan Bahaya

10 Oktober 2021   07:50 Diperbarui: 10 Oktober 2021   12:30 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi merokok (Foto: shutterstock via kompas.com)

Jadi? Kalau Mazmur Daud saja tak lagi relevan, jangan berharap nasihat Pit mempan. Jangan pula bicara umur panjang pada Bruder Tim. Dia sudah mencapai 85 tahun berteman rokok. Pit baru 40 tahun zonder rokok.

Kesehatan? Jangan ingatkan itu pada Bruder Tim. Dia sudah tahu risiko merokok terhadap kesehatan paru-paru, jantung, otak, darah, dan mata. Lebih tahu dari para penulis konten kiwari. Faktanya, sampai usia 85 tahun, dia baik-baik saja dengan rokoknya.

***

"Merokok bisa mati, tidak merokok bisa mati juga. Maka merokoklah."

Sekitar dua tahun setelah pulang dari Ende, aku dapat kabar duka dari Yogya. Pit telah meninggal dunia. Semoga arwahnya damai tenang di rumah Bapa di Surga.

Sementara Bruder Tim, pada waktu yang sama, mungkin masih tetap segar bugar di Ende. Lengkap dengan rokoknya.

Lihatlah, usia perokok lebih panjang ketimbang pemantang rokok. Sebuah perumuman lebay (hasty generalisation)? Yup. Itu memang logika sesat. Semua perokok paham itu.

Itu serupa argumen merokok bisa mati, tak merokok bisa mati juga, maka merokok saja. Itu juga perumuman lebay. Khas pledoi perokok.

Apa artinya itu? Simpel. Perokok tak perduli teori dan fakta merokok adalah proses bunuh diri perlahan-lahan. Andaipun sadar, maka hal itu akan dianggap sebagai cara mati yang keren. 

Jadi? Ya, jelas, tak guna menakut-nakuti perokok. Misalnya dengan bilang merokok bisa menggosongkan paru-parumu, melubangi saluran nafasmu, membuatmu dungu, menyebabkan sakit gula, dan lain-lain yang serba mengerikan.

Juga tak guna menakuti perokok dengan gambar-gambar yang menyeramkan dan menjijikkan pada bungkus rokok.  Perokok bukan anak kecil. Umumya sudah remaja, sampai lansia. Mereka hanya takut dikhianati oleh,  mengutip Taufiq Ismail,  "tuhan sembilan senti".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun