Terutama untuk kegiatan pertanian sawah. Karena didasarkan pada pergerakan benda-benda langit (astronomi), parhalaan itu bisa menjadi rujukan untuk menetapkan bulan dan hari terbaik untuk  turun ke sawah. Lazimnya dimulai pada bulan Sipaha Lima, Agustus. Orang Batak tempo dulu menanam padi dalam (umur panjang) sekali setahun saja.
Jadi, pada hari apa orang Batak tempo dulu istirahat dari pekerjaan? Mungkin pada hari ketigapuluh tiap bulannya. Atau mungkin sebenarnya tidak ada hari istirahat.Â
Logikanya, untuk petani padi Batak, tidak ada hari libur. Selama padi masih tegak di sawah, maka tidak ada kata libur untuk petani. Setelah panen, barulah libur, dengan cara mengadakan pesta gotilon, pesta panen. Â
Jadi? Orang Batak tempo dulu tak kenal dan tak memerlukan hari Minggu. Zendeling Protestan dan Missionaris Katoliklah, kemudian Pemerintah, yang mengajari orang Batak untuk libur di hari Minggu. (eFTe)