Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Greysia/Apriyani Menang, Mas Karso Gagal Narsis

5 Agustus 2021   15:20 Diperbarui: 5 Agustus 2021   17:16 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu dengan medali emas bulutangkis ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 (Foto: AFP/Alexander Nemenov via kompas.com)

Mas Karso nyaris pingsan. Dia ingin pasang baliho di mulut jalan desanya untuk merayakan  keberhasilan Greysia/Apriyani merebut medali emas bulutangkis ganda putri di Olimpiade 2020 Tokyo. Ternyata, setelah disurvei,  harga satu baliho 3x4 m melebihi total harga angkringan sotonya plus harga peralatan dan modal usaha.

Bahkan jika ditambah dengan nilai piutangnya pada Engkong Felix, yang hobi ngutang seperti negara, uangnya belum cukup juga. (Catatan: ngutang = ber-hutang, membuat hutang;  bukan ber-kutang, memakai kutang.)

Beberapa minggu lalu Engkong berhutang soto lagi. Dia sangat yakin akan mendapat K-Rewards sekurangnya Rp 555,555. Maka ditraktirlah 10 orang petani rekannya. Kena tagihan total Rp 300,000. Sial, K-Rewards ternyata cuma Rp 55,555. Tekor, deh. Engkong terhutang Rp 244,445.

Begitulah nasib Kompasianer. Tak bisa mengandalkan K-Rewards sebagai sumber pendapatan.  Bahkan tidak untuk keperluan sekadar traktir soto. Pahit ujungnya, Kawan.  Kecuali, ya, kecuali kamu spesialis nulis spoiler anime Jepang. 

Jauh lebih bisa diandalkan dagang soto. Mas Karso contohnya. Berangkat pagi dengan uang receh, pulang sore dengan uang besar. 

Kompasianer?  Nulis sejak awal bulan, K-rewards zonk  di akhir bulan.  Lalu menghibur diri: "Nulis di Kompasiana kan untuk berbagi"; "Aku nulis untuk obat pikun"; "Nulis untuk senang-senang saja, kok."  Tapi coba nanti tiba-tiba dapat K-Rewards Rp 1,111,111.  Beuh, ujung bibir langsung ketarik sampai kuping, gak balik-balik.

Akan halnya Mas Karso, tukang soto idola Kompasianer, dia itu politisi level kampung.  Dia sedang berambisi menduduki jabatan sebagai Ketua RT.  Sebulan lagi pemilihan Ketua RT baru akan digelar.

Nah, terinspirasi dari para politisi pusat dan daerah, Mas Karso ingin memasarkan dirinya dengan metode narsistik.  Pasang baliho ucapan selamat atas kemenangan Gresya/Apriyani adalah metode ternarsis yang pernah ada. 

Pikir Mas Karso, warga RT-nya pasti akan takjub dan terkesan jika melihat foto dirinya tampil menonjol di depan foto kecil Greysia/Apriyani yang jauh di belakang.  Dia  sudah memikirkan kata-kata yang akan dituliskannya di baliho: "Mas Karso ada di belakang kemenangan Greysia/Apriyani".  Lha, tapi foto Mas Karso kok malah ada di depan, ya.

"Tak usah pakai baliholah, Mas Karso," kata Engkong yang tidak tega melihat Mas Karso duduk lesu gegara gagal narsis lewat baliho. "Itu bukan cara yang baik."

"Lha, tidak baik bagaimana, Engkong.  Kalau tak baik, masa banyak politisi yang melakukannya," balas Mas Karso sengit.

"Begini, Mas.  Tidak semua yang dilakukan politisi itu baik.  Pasang baliho ucapan selamat atas kemenangan Greysia dan Apriyani misalnya.  Itu jelas tidak baik."

Mas Karso duduk manis menyimak tuturan Engkong.

"Tak baik meminjam prestasi orang lain untuk meninggikan diri sendiri.  Yang punya prestasi kan Greysia dan Apriyani.  Lha, kok politisi meninggikan diri dengan pasang foto besar di baliho raksasa?  Harusnya, kan prestasi politisi itu yang ditunjukkan. Bukannya malah membajak prestasi orang lain. Itu yang pertama."

Engkong ambil nafas sejenak.  Mas Karso masih menyimak.

"Memperkenalkan diri kepada rakyat, ya, mesti turun ke bawah.  Tidak cukup dengan pasang foto di baliho besar sepanjang jalan atau di tiap persimpangan jalan. Itu yang kedua."

"Oh, ya. Saya ingat.  Dulu ada tokoh partai yang bilang pemimpin harus turun ke bawah.  Jangan main medsos.  Sekarang dia malah pasang baliho, ya," kata Mas Karso.

"Nah, itu dia.  Mestinya macam  Mas Karso, tuh.  Tiap hari  kan  jualan soto di RT  ini.  Jadi sudah terkenallah.  Gak perlu lagilah pasang baliho segala. Kalau mau yang heboh, umumkan di instagram Mas Karso, gratis makan soto Mas Karso selama setahun untuk Gresya dan Apriyani, gitu. "

"Gratis?"

"Lha, iyalah.  Gak usah pusing.  Mereka gak bakal bisa nemu kampung Mang Karso ini. Eh, ngomong-ngomong tadi nyinggung tokoh partai, ya.  Wah, Mas Karso sekarang kok pintar, ya."

"Halah, pake ngangkat  segala. Gak bakalanlah utang Engkong saya hapuskan!"

"Tapi saya kan sudah kasih konsultasi politik."

"Lha, saya kan gak minta. Engkong yang inisiatif sendiri."

"Ah, susah kali pun berdebat dengan tukang soto.  Gak ade matinye," gerutu Engkong dalam hati sambil beranjak pergi meninggalkan Mas Karso. Terbayang hutangnya sebesar Rp 244, 445. Untunglah zonder bunga.

Yah, Kompasianer kalah debat dari Tukang Soto.  Rupamya, menjadi Kompasianer tak menjamin jadi pintar debat. Kalau jadi tabah, mungkin iya. (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun