Boleh dikatakan, mengikuti perjalanan mereka, buku ini menyajikan wisata kulin er nasi antarbenua.  Mulai dari Asia, pembaca dibawa menikmati nasi beras putih, beras hitam, dan congee di China.  Lalu nasi beras jasmin, beras ketan, dan beras merah Thai di Thailand.  Gohan, sushi, dan mochi di Jepang.  Basmati, gobindavog, dan beras merah India Selatan di India.
Bergeser ke Asia Tengah dan Persia, pembaca diajak menikmati menu nasi berbumbu dan beraroma khas sana: chelo (Persia),polo,(Persia), dan pulao (Uighur dan Uzbekistan)
Afrika diwakili Senegal dan Mesir.  Di Senegal secara khusus  pembaca disuguhi masakan nasi khas Afrika. Antara lain  yassa, mafe, dan diebou dien.
Naik ke utara, kawasan Eropa Mediterran, pembaca disuguhi menu nasi khas Eropa seperti pilaf (Turki), paella (Spanyol), dan risotto (Italia).
Wisata kuliner nasi berakhir di Amerika Selatan dan Amerika Utara.  Di benua ini, tempat tinggal Alford dan Duguid (Kanada), pembaca disuguhi menu  Hoppin' John, campuran beras (nasi) dan kacang tunggak. Juga ragam menu nasi yang berbahan beras pratanak (parboiled).  Perlakuan pratanak itu meningkatkan nilai gizi beras. Â
Buku ini, seperti dikatakan Alford dan Duguid, sepenuhnya adalah buku tentang nasi, dan sajian nasi berlauk-pauk, serta makan nasi sebagai pangan pokok. Â Wisata nasi ke berbagai negara itu selalu diawali dari sajian nasi polos, nasi berlauk-pauk, sampai nasi-berbumbu seperti nasi goreng, sushi, dan puding.Â
Menarik mengetahui fakta bahwa semakin ke timur (Asia), nasi disajikan secara polos, "nasi putih" dengan rasa asli. Â Semakin ke barat (Arab, Afrika, Mediterania, Eropa, Amerika) nasi disajikan secara berbumbu dan beraroma, semisal nasi kari dan risotto. Â
Tapi tak semata wisata nasi. Â Karena makan nasi adalah sebuah budaya, tak pelak buku ini sejatinya menyajikan wisata budaya padi, beras, dan nasi, berikut sejarahnya, di berbagai negara. Â Resep-resep masakan nasi yang disebut di atas selalu disajikan dengan latar budaya, sejarah, dan geografis.
Misalnya, risotto Italia dan paella Spanyol mustahil ada tanpa kehadiran migran Arab di daerah itu. Â Migran itu, antara lain dari Mesir, lumbung beras Afrika, membawa serta benih padi ke Spanyol lalu membudidayakannya di delta-delta Valencia. Dari sini lalu menyebar ke daerah aliran Sungai Po di Italia Utara. Â Begitulah, Italia kini menjadi produsen utama beras yang mengisi dua-pertiga pasokan beras ke pasar Eropa.
Terlebih, dalam buku ini takada kisah resep nasi Indonesia. Jika ada disinggung, maka itu hanya soal Bali. Saat menceritakan geografi padi javanica, padi bulu.
Godaan "sepiring nasi" Â itu menyentilkan sedikit rasa malu. Teringat Alford dan Duguid lahir dan besar di Kanada, di tengah masyarakat bukan pemakan nasi. Â