Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kisah Sepiring Nasi yang Menggoda

1 Juli 2021   16:11 Diperbarui: 2 Juli 2021   05:30 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku (Dokpri)

Boleh dikatakan, mengikuti perjalanan mereka, buku ini menyajikan wisata kulin er nasi antarbenua.  Mulai dari Asia, pembaca dibawa menikmati nasi beras putih, beras hitam, dan congee di China.  Lalu nasi beras jasmin, beras ketan, dan beras merah Thai di Thailand.  Gohan, sushi, dan mochi di Jepang.  Basmati, gobindavog, dan beras merah India Selatan di India.

Bergeser ke Asia Tengah dan Persia, pembaca diajak menikmati menu nasi berbumbu dan beraroma khas sana: chelo (Persia),polo,(Persia), dan pulao (Uighur dan Uzbekistan)

Afrika diwakili Senegal dan Mesir.  Di Senegal secara khusus  pembaca disuguhi masakan nasi khas Afrika. Antara lain  yassa, mafe, dan diebou dien.

Naik ke utara, kawasan Eropa Mediterran, pembaca disuguhi menu nasi khas Eropa seperti pilaf (Turki), paella (Spanyol), dan risotto (Italia).

Wisata kuliner nasi berakhir di Amerika Selatan dan Amerika Utara.  Di benua ini, tempat tinggal Alford dan Duguid (Kanada), pembaca disuguhi menu  Hoppin' John, campuran beras (nasi) dan kacang tunggak. Juga ragam menu nasi yang berbahan beras pratanak (parboiled).  Perlakuan pratanak itu meningkatkan nilai gizi beras.  

Buku ini, seperti dikatakan Alford dan Duguid, sepenuhnya adalah buku tentang nasi, dan sajian nasi berlauk-pauk, serta makan nasi sebagai pangan pokok.  Wisata nasi ke berbagai negara itu selalu diawali dari sajian nasi polos, nasi berlauk-pauk, sampai nasi-berbumbu seperti nasi goreng, sushi, dan puding. 

Menarik mengetahui fakta bahwa semakin ke timur (Asia), nasi disajikan secara polos, "nasi putih" dengan rasa asli.  Semakin ke barat (Arab, Afrika, Mediterania, Eropa, Amerika) nasi disajikan secara berbumbu dan beraroma, semisal nasi kari dan risotto.  

Tapi tak semata wisata nasi.  Karena makan nasi adalah sebuah budaya, tak pelak buku ini sejatinya menyajikan wisata budaya padi, beras, dan nasi, berikut sejarahnya, di berbagai negara.  Resep-resep masakan nasi yang disebut di atas selalu disajikan dengan latar budaya, sejarah, dan geografis.

Misalnya, risotto Italia dan paella Spanyol mustahil ada tanpa kehadiran migran Arab di daerah itu.  Migran itu, antara lain dari Mesir, lumbung beras Afrika, membawa serta benih padi ke Spanyol lalu membudidayakannya di delta-delta Valencia. Dari sini lalu menyebar ke daerah aliran Sungai Po di Italia Utara.  Begitulah, Italia kini menjadi produsen utama beras yang mengisi dua-pertiga pasokan beras ke pasar Eropa.

Ilustrasi ke sawah di Subang Jawa Barat (Dokpri)
Ilustrasi ke sawah di Subang Jawa Barat (Dokpri)
Selepas membaca buku besar (jumbo) dan tebal (454 halaman) ini, bayangan sepiring nasi Indonesia menggoda pikir. Terpicu sebuah tanya, mengapa pegiat kuliner nusantara tidak menulis satu buku wisata kuliner nasi (beras) di nusantara. 

Terlebih, dalam buku ini takada kisah resep nasi Indonesia. Jika ada disinggung, maka itu hanya soal Bali. Saat menceritakan geografi padi javanica, padi bulu.

Godaan "sepiring nasi"  itu menyentilkan sedikit rasa malu. Teringat Alford dan Duguid lahir dan besar di Kanada, di tengah masyarakat bukan pemakan nasi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun