"Ei, Poltak. Jangan dungu kau. Â Vespa kau gas. Tapi remnya kau injak juga. Â Manalah bisa jalan." Â Ah, ternyata lelaki itu adalah Pak Marihot, guru Bahasa Indonesia yang pernah mengajar Poltak sewaktu kelas satu SMA. Sekarang Poltak kelas tiga, gurunya beda.
"Bah! Dungu kalipun aku. Â Mauliate, Pak Guru." Setelah tahu masalahnya, Poltak segera meninggalkan kuburan itu. Â Sementara Pak Marihot meneruskan perjalanannya ke arah Lumbanhoda, tempatnya tinggal.
"Ah, dasar penakutlah kau, Poltak." Â Poltak merutuki diri sendiri setelah tiba di jalan raya. Â Saking takutnya, tak sadar dia telah menginjak rem vespa tuanya dalam-dalam saat melewati jalan rusak tadi. Â "Untung ada Pak Marihot," katanya dalam hati.
"Hah! Pak Marihot, kan sudah meninggal tujuh hari yang lalu. Â Whuaaaaa... ." Â Sontak Poltak memacu vespanya, standing dan terbang. (efte)