Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mabuk Miras Itu Maksimal Satu Kali

12 April 2021   20:51 Diperbarui: 12 April 2021   21:21 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari hellosehat.com

Jangan langsung munyeng membaca judul tulisan ini. Baca dulu isinya sampai tuntas. Setelah itu baru berkomentar. Boleh memuji, boleh memaki. Terserah saja. Saya gak butuh dua-duanya.

Mabuk minuman keras (miras) itu maksimal satu kali karena tindakan itu dungu. Seekor keledai, hewan (yang divonis) dungu, tak terperosok ke lubang yang sama dua kali. Jadi, kalau ada orang mabuk miras lebih dari satu kali, berarti kecerdasannya di bawah keledai.

Kendati dungu, mabuk miras itu punya manfaat juga. Tapi dengan satu syarat: mabuk itu terjadi hanya dan hanya satu kali saja sepanjang usia.

Manfaat pertama, dengan mabuk miras, seseorang jadi tahu batas daya tahan syarafnya terhadap alkohol. 

Poltak misalnya langsung mabuk pada kesempatan pertama  minum dua gelas besar tuak. Dia menjadi tahu, itulah batas ketahanan syarafnya. Selanjutnya, dia tak mau lagi minum tuak lebih dari  satu gelas besar. 

Lihatlah, cukup dengan satu kali mabuk, Poltak langsung sadar dirinya ternyata lebih cerdas dari seekor keledai. Atau sekurangnya tak lebih dungu, kalau ukurannya "tak terperosok dua kali di satu lubang yang sama."

Manfaat kedua, mabuk miras efektif mengajarkan mudarat dungu. 

Mabuk disebut dungu karena menyebabkan kehilangan kontrol diri.  Tak mampu mengontrol gerak tubuh dan ujaran.  Tubuh sempoyongan, ujaran ngelantur tak karuan. 

Dari mulut orang mabuk, sumpah-serapah dan rahasia pribadi muncrat begitu saja serupa mencret di kolor. Setelah itu dia akan ditemukan orang sedang ngorok di selokan atau kebun toga. Begitulah mudarat dungu.

Mudarat dungu bisa lipat ganda jika ada orang  licik memanfaatkan kemabukan. Orang Batak punya satu lelucon murahan untuk menggambarkan soal itu.

Dikisahkan, seorang gadis tiga kali mengajak seorang perjaka ke depan pendeta untuk pemberkatan nikah. Tapi tiga kali pula pendeta itu menolak pemberkatan.  Karena perjaka tadi selalu dalam keadaan mabuk.

Pada kejadian ketiga, dengan nada memelas, gadis itu memohon, "Tolonglah berkati kami, Bapak Pendeta. Sebab lelaki ini tidak akan mau menikah denganku kalau dia tidak mabuk."

Oh, ya, saya menulis artikel ini sambil makan tapai singkong. Sudah ludes sepiring dan kepala mulai terasa pusing. 

Karena itu tulisan ini harus saya sudahi. Khawatir nanti sumpah-serapah dan rahasia tersembur.  Lalu artikel ini masuk karantina. (efes)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun