Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #047] Boras Si Pir Ni Tondi

1 April 2021   17:50 Diperbarui: 1 April 2021   21:34 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa; pinterest.com)

"Hari itu hari Jumat.  Hari pasar di Balige.  Kami naik kapal ke sana. Muatan barang terlalu penuh, sampai ke atap kapal.  Lewat perairan Jongginihuta, tiba-tiba kapal oleng.  Lalu melintir dan langsung terbalik.  Penumpang dan barang-barang tumpah ke danau."

Nai Rumintang menceritakan peristiwa karamnya kapal danau yang ditumpanginya. Poltak serta nenek dan bapaknya menyimak dengan perasaan ngeri. Tapi ingin tahu apa yang telah terjadi.

"Di dalam air gelap.  Aku berusaha naik ke permukaan.  Seseorang menarik sarungku sampai lepas. Di permukaan kutangkap sekarung barang mengambang.  Tak tahu lah aku apa isinya.  Aku berpegangan pada karung itu.  Sambil berusaha berenang ke tepi danau.  Untung ada perahu partoba datang.  Selamatlah aku.  Syukur kepada Tuhan."

Peristiwa kapal karam itu sangat tragis.  Banyak penumpang yang meninggal tenggelam.  Sebagian tak berhasil ditemukan.  Lalu beredar berita dari mulut ke mulut, mayat para penumpang itu telah dimakan ikan-ikan danau.  

Sempat beredar isu seseorang telah menemukan jempol tangan di perut ikan mujair yang dibelinya di Onan Tigaraja, Parapat.  Akibatnya orang takut membeli ikan mujair.  Selama beberapa minggu, ikan mujair tak laku di pasaran.

"Binanga! Ajak Poltak main ke danau.  Sekalian mandi sore kalian di situ.  Hati-hati kalian."  Nai Rumintang menyuruh Binanga, anak laki bungsunya menemani Poltak.

Silosung adalah pengalaman baru untuk Poltak. Turun merayapi jalan curam. Mandi sore, berenang, di Danau Toba.  Pemandangan huma bawang bertingkat di tebing, di antara bongkah-bongkah batu besar yang mendekap tanah. 

Untuk Poltak, siang dan malam terlalu cepat berlalu di Silosung.  Mungkin karena sore dilewatkannya dengan keriangan beranang di danau.  Lalu malam dilewatkan dalam tidur nyenyak tanpa mimpi.  

Matahari pagi belum terlihat dari kampung yang berada di bawah tebing itu.  Setelah sarapan pagi, Poltak serta nenek dan bapaknya kembali merayap naik dari Silosung ke kampung Hutaginjang di atasnya.  Neneknya di depan, Poltak di tengah, dan bapaknya di belakang.

"Jangan lihat-lihat ke bawah! Nanti kau jadi tiang garam macam istri Lot!"  Poltak ditegur keras oleh neneknya, gara-gara tak bisa mennjinakkan matanya untuk melihat pemandangan Silosung di bawah.  Dalam Bibel diceritakan istri Lot menjadi tiang garam karena menoleh ke belakang saat diperintahkan Tuhan keluar dari kota Sodom bersama suaminya.

"Poltak! Awas kepalamu!"  Tiba-tiba nenek Poltak berteriak keras mengingatkan. (Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun