Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #032] Petaka Kakus Menguik

29 November 2020   19:57 Diperbarui: 30 November 2020   05:35 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru Barita menulis huruf cetak kecil a, b, c, d dan e di papan tulis. Murid-murid menyalinnya dengan susah-payah di buku tulis. Kecuali Binsar, Bistok, dan Serli; ketiganya murid pengulang. Itulah gunanya tinggal kelas.

"Amangoi, tolong. Gurunami! Tolong aku!"  
Tangisan dan teriakan minta tolong dari atas bukit tiba-tiba memecah keheningan, membuyarkan konsentrasi belajar murid kelas satu dan tiga di dalam gereja.  

Seorang anak kecil, tanpa celana, berlari seperti peluru ketapel menuruni bukit. Sambil meraung histeris. Dia adalah Jonder, murid yang tadi minta izin buang hajat.

Guru Barita spontan berlari ke luar ruangan. Diikuti semua murid-murid kelas satu. Sementara murid kelas tiga, di bagian belakang, dilarang bergerak oleh Guru Oskar, guru mereka.

"Kenapa kau, Jonder!" Guru Barita bertanya kepada Jonder yang sudah tiba dalam kepanikan di samping gereja.  

"Digigit babi!" Jonder berteriak berurai air mata. Dia memegangi pantatnya.  

"Digigit bagaimana!"

"Pantatku, Gurunami!"

Guru Barita memeriksa bokong Jonder. Mendadak wajahnya sedikit tegang melihat lumuran darah di belahan kanan pantat anak itu. Ada luka gigitan di sana. Tidak parah, tapi heboh, karena posisinya di bokong.

"Binsar! Lari ke kedai Ama Rosmeri. Minta kain perban!"  Binsar langsung lari bagai rusa dikejar anjing.

"Serli! Cepat ambil daun pucuk Simarhuting-huting!" Serli berlari ke rerimbunan perdu kopasanda di belakang gereja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun