Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #111] Sebuah Interlog untuk Poltak

10 November 2020   15:10 Diperbarui: 10 November 2020   16:00 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Disain sampul oleh FT; Foto dari vidioviral.com dan kompas.com/istimewa.

Seketika timbul kerinduan dalam hatinya.   Dia ingin menemui guru-gurunya itu.   Ingin memeluk mereka, berterimakasih atas pengajaran dan gemblengan yang telah diterimanya dari mereka. Tapi dia ragu, apakah para gurunya masih hidup sampai hari ini.

Ada rasa sendu menyelinap ke dalam kalbunya.   Mengapa sebegitu lamanya dia larut di rantau orang. Mengapa dia selama ini tak pernah sekalipun mengunjungi kembali sekoleh yang telah membentuknya.   Mengapa dia menjadi orang yang tak tahu berterimakasih.  

Lelaki tua itu meninggikan horison pandangannya jauh ke arah utara, membayangkan sebuah peta mental.  Dia mengukur jarak Panatapan dengan sebuah kota kecil di sana.  Enambelas kilometer ke utara.  Di sanalah Parapat, kota kecil di pantai timur Danau Toba,  yang keindahannya telah santer ke manca negara.

Parapat dalam kenangan lelaki tua itu adalah ajang pembuktian keunggulan anak-anak kampung atas anak-anak kota. Di Parapat, dia dan teman-temannya di Sekolah Dasar Hutabolon, pernah membuktikan diri sebagai yang terbaik.  Mereka memenangi perlombaan dalam Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Mencatatkan sejarah kemenangan pertama untuk sekolahnya.

Kenangan itu menarik selarik senyum di bibir lelaki tua itu. Dia teringat akan perjuangannya bersama teman-temannya.  Kemenangan itu berhasil mereka raih, berkat perpaduan kekuatan yang acak dan yang ajeg.  Berkat gemblengan guru alam dan guru sekolah. (Bersambung)

*Bagian Interlog ini adalah penutup untuk Bagian Pertama: Acak dan pembuka untuk Bagian Kedua: Ajeg dari Novel Poltak. Pembaca yang budiman, tabahkanlah hatimu untuk membaca novel anarkis ini.
 

 
   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun