Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #009] Tiga Pantat Bebirat Merah

19 September 2020   19:19 Diperbarui: 20 September 2020   11:50 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Disain sampul: Felix Tani; Foto: erabaru.com

"Sini, kalian! Bertiga!"  perintah Ama Ringkot,  berteriak dari punggung bukit Pardolok.  "Cepat!"

Poltak, Binsar dan Bistok berlari menaiki lereng bukit menuju tempat Ama Ringkot berdiri. Bistok, seperti biasa, tersebab kaki tampahnya, agak terseok di belakang.

"Dia yang marah. Harusnya dia yang turun," sungut Poltak.

"Diam kau, Poltak," hardik Binsar, separuh teriak setengah berbisik.

Tak berapa lama, dengan dengkul gemetar karena takut, tapi juga lemas karena habis dipakai menanjak, tiga sahabat itu tiba sekitar tiga meter  di hadapan Ama Ringkot.

"Sini! Lebih dekat lagi!"

Poltak, Binsar dan Bistok bergeming. Setindak pun tak sudi maju lagi. Bukan karena takut digimbal, disepak bokongnya, oleh Ama Ringkot. Bukan. Tapi semata karena alasan somatik.

Begini. Ama Ringkot itu sudah sohor sebagai pemegang rekor nafas terbau di Panatapan. Sedemikian baunya, sehingga setiap lalat di Panatapan selalu menghindar terbang dari depan mulut Ama Ringkot. Takut terkena semburan nafas busuknya, pingsan, lalu  jatuh ke tanah.

Jika lalat saja menjaga jarak aman, maka terlebih lagi anak kecil. Poltak, Binsar dan Bistok tak sudilah menjadi bahan berita kampung: "Tiga Anak Gembala Pingsan Ditiup Ama Ringkot."

"Kalian bertiga! Bodat!" Ama Ringkot menyerapah. Tiga sekawan cilik itu dikatainya bodat, monyet. Berarti ibu-bapak mereka juga bodat. Terlalu!

"Lihat itu! Padi daratku. Habis dilalap anak-anak kerbaumu!" Ama Ringkot meradang, sambil menunjuk ke arah lahan padi darat, gogo, miliknya. Lahan darat itu terhampar di lembah sebelah barat bukit Pardolok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun