Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Keluarga Poltak Melawan Kapitalisme dari Rumah

16 Juni 2020   10:49 Diperbarui: 17 Juni 2020   11:50 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pasar kue subuh, jajanan pasar, di Pasar Senen Jakarta (Foto: tribunnews.com)

Selera "jajanan pasar" ala Poltak itulah, dan jutaan "Poltak-Poltak" lain di negeri ini, yang mendukung kelompok pedagang/pembuat "jajanan pasar" dapat bertahan. Kelompok pedagang/pembuat jajanan pasar itu bukanlah elite kapitalis.

Mereka itu kelompok "pekerja" jika perhadapkan dengan elite majikan kapitalisme. Jika menggunakan istilah sosiologi ekonomi, mereka itu kelompok subsisten, atau paling jauh kelompok komersil.

Lompat ke tahun 2000-an. Poltak harus melayani selera anaknya yang punya definisi operasional beda tentang "jajanan". Bagi kedua anaknya, Tiur dan Rondang, jajanan antara lain adalah burger, pastry, roti, French fries, dan pizza. Itu semua item "jajanan kapitalisme".

Sebenarnya Poltak sudah mencoba memperkenalkan "jajanan tradisional", produk ekonomi subsistensi atau komersil, yang dijual di pasar-pasar tradisional. Tapi kedua anaknya tidak begitu berselera dengan jenis-jenis jajanan itu. Kebahagiaannya adalah saat menikmati jajanan kapitalis itu.

Begitulah, lewat selera jajanan anak-anaknya yang dibentuk oleh kapitalisme, Poltak harus menguras kantongnya untuk memperkaya perusahaan-perusahaan kapitalis produsen dan pemasar aneka jenis jajanan kapitalisme itu.

Pada saat yang sama, Poltak telah mengkhianati kelompok pedagang/pembuat jajanan pasar tradisional, karena kini uangnya mengalir ke elite kapitalisme. Bukan lagi kepada para pelaku ekonomi subsisten atau komersil kecil-kecilan itu.

Begitulah cara Poltak berkolaborasi dengan elit kapitalisme untuk membunuh ekonomi kerakyatan. Tanpa disadarinya untuk waktu yang terlalu lama.

Lompat lagi ke tahun 2020, tepat ke masa pandemi Covid. Mengikuti protokol pengendalian Covid-19, Poltak sekeluarga patuh "di rumah aja." 

Praktis Poltak sekeluarga juga kesulitan mengakses jajanan kapitalis, karena restoran atau outletnya sempat diliburkan. Juga ada kecemasan bahwa jajanan kapitalis itu akan membawa serta Covid-19 ke dalam rumah jika dipesan lewat jasa ojek online.

Tapi "di rumah aja" tanpa jajanan adalah derita "sudah jatuh ketimpa tangga pula". Harus ada solusi. Isteri Poltak mulai kreatif menonton Youtube masak-memasak, termasuk konsten membuat sendiri kue-kue jajan pasar.

Yakin pasti bisa membuat jajanan pasar, Poltak dan isterinya membeli aneka bahan membuat kue-kue tradisional di pasar dan atu minimart/mart. Tepung, gula, mentega, pengembang, perisa, pewarna, telur, keju, dan lain-lain disiapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun