Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Keluarga Poltak Melawan Kapitalisme dari Rumah

16 Juni 2020   10:49 Diperbarui: 17 Juni 2020   11:50 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pasar kue subuh, jajanan pasar, di Pasar Senen Jakarta (Foto: tribunnews.com)

Orang berteriak melawan kapitalisme. Tapi mungkinkah? Pikirkanlah baik-baik, sekuat apa Anda untuk bisa menumbangkan koalisi elite kapitalis, birokrat dan ekonom? 

Konspirasi tiga kelompok elite itu terlalu tangguh, jika bicara aras makro.

Tapi jika bicara aras mikro, aras keluarga yang sangat mikro, sebenarnya ada harapan untuk menumbangkan kapitalisme. Walaupun sifatnya tidak menumbangkan dalam sekali pukulan telak, seperti Mike Tyson dulu menumbangkan lawan-lawannya di atas ring.

Saya akan menjelaskan perlawanan itu dengan mengangkat kisah Poltak dan keluarganya. Berdasar kisah sederhana itu, nanti di ujung saya akan coba berhipotesis.

***
Masa kanak-kanak Poltak, tahun 1960-an dihabiskan di Desa Panatapan, Tanah Batak. Pada masa itu Desa Panatapan masih terbilang steril dari tangan-tangan kapitalisme.

Satu-satunya tangan kapitalisme yang dianggap berkah di masa itu adalah bus dan truk yang melancarkan pergerakan manusia dan barang dari dan ke Desa Panatapan, lewat jalur Trans-Sumatera.

Kisah Poltak yang mau diangkat di sini spesifik menyangkut "jajanan pasar". Jangan ketawa dulu. Saya serius mau menunjukkan perlawanan terhadap kapitalisme di jalur "jajanan pasar".

Hari paling membahagiakan bagi Poltak tahun 1960-an itu adalah hari Sabtu. Ini adalah hari pasaran di Tigaraja, Parapat Simalungun.

Warga Desa Panatapan akan pergi ke pasar membawa hasil bumi dan ternak untuk dijual di pasar. Lalu pulang kembali setelah membeli berbagai kebutuhan pokok semingguan, keperluan pertanian, dan keperluan somatik seperti tembakau, sirih-pinang, kuteks, dan lain-lain.

Hal yang paling membahagiakan Poltak adalah jajanan pasar yang dibawa neneknya dari pasar. Ada gandasturi, kue pepe, ongol-ongol, onde-onde, bugis, putu mayang, wajik, klepon, dadar gulung, bikang, dan kue mangkok. Gonta-ganti jenis dari satu ke lain hari pasaran.

Begitulah proses pembentukan selera Poltak tentang "jajanan". Bagi Poltak, dari tahun 1960-an sampai 2020 ini, "jajanan" adalah kue-kue kelas "jajanan pasar" itu. Lain dari itu bukan jajanan dan, karena itu, tidak dipersepsikan "nikmat".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun