Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tragedi Jakarta dan Komedi Anies Baswedan

21 Januari 2020   20:51 Diperbarui: 22 Januari 2020   05:40 1689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret banjir di Jakarta (Foto: kompas.com)

Semangat menyalahkan itu bahkan menyasar ke Presiden Jokowi juga. Tentang ini, berdasar pemberitaan, sebuah percakapan antara Jokowi dan Anies bisa dikonstruksikan seperti ini (11):

Jokowi: "Banjir Jakarta terjadi karena sejumlah faktor.  Ada faktor kerusakan ekosistem.  Ada juga faktor kesalahan manusia.  Misalnya buang sampah sembarangan."

Anies: "Di Halim hujan lebat.  Bandara Halim banjir. Di sana tak ada sampah." 

Jokowi: "Pinter. Sudah tahu faktor penyebab Halim banjir. Kok tidak dimitigasi sebelumnya, ya?"

Menutup komedi Anies soal banjir, tepat untuk mengutip ujarannya terkait dampak banjir di Kampung Pulo Jakarta: "Anak-anak pada senang main tuh. Benar kan? Wong saya kemarin ke Kampung Pulo. Banjir kan di sana. Jadi anak-anak pada main saja, berenang." (12).

Jika ada yang merasa lucu dan terbahak mendengar cerita Anies itu, maka besar kemungkinan dia juga terbahak ketika Joker menceritakan mengapa pipi kiri dan kanan di ujung bibirnya sobek lengkung ke atas.  Katanya, waktu dia kecil,  bapaknya yang sedang mabuk telah menyayatnya agar Joker kecil tidak tampak murung tapi terlihat senyum terus. "Why so serious, son?" kata bapaknya.

***

Bagaimana cara terbijak menyikapi seorang penguasa yang merespon tragedi dengan komedi? Menghujatnya? Mengutuknya? Menghinanya? Silahkan lakukan semua itu. Hasilnya tak akan lebih dari narasi komedi baru.

Sikap terbijak adalah empati. Itulah yang ditempuh Presiden Jokowi.  Tidak menyalahkan Anies, tapi berempati dengan bilang masalah mitigasi banjir di Jakarta sangat sulit karena terkendala kesulitan pembebasan lahan bantaran (13).

Walaupun sulit tapi bisa. Terbukti 16 km dari 33 km ruas Ciliwung sudah dinormalisasi pada masa pemerintahan Jokowi/Ahok/Jarot. Sebagian tanah untuk sodetan Ciliwung-BKT sudah dibebaskan. Karena itu Jokowi minta Anies untuk melanjutkan pembebasan lahan bantaran, agar Kementerian PUPR dapat melanjutkan kegiatan fisik normalisasi.  Atau naturalisasi. Terserah apa istilahnya, yang penting laksanakan.  

Jokowi tak cuma omong doang. Dia segera mengkoordinasi para menteri terkait, khususnya Menteri PUPR, untuk mendukung Anies memitigasi banjir Jakarta.  Kementerian PUPR langsung turun lapang. Jokowi sendiri juga ikut turun lapang, antara lain cek pompa ke Waduk Pluit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun