Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Ada Korupsi Lubang di Jakarta?

25 Desember 2019   07:22 Diperbarui: 25 Desember 2019   10:28 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir di kawasan Sudirman-Thamrin Jakarta pada 17 Desember 2019 (Foto: tribunnews.com/yogi gustaman)

Lazimnya birokrat itu gemar membuat lubang untuk membocori anggaran.  Ini yang bikin Pak Prabowo dulu rajin berteriak: "Bocor, bocor, ya bocor!" Maksudnya, korupsi.

Tapi tidak begitu rupanya di Jakarta. Mengomentari banjir di ruas jalan Sudirman-Thamrin dan sekitar Senayan, pada 17 Desembet 2019 lalu Kepala Dinas SDA Jakarta bilang: "Itu karena air antri lubang masuk saluran" (bahasanya saya sederhanakan).

Karena antri lubang, maka terjadilah genangan air. Sekali lagi, genangan. Bukan banjir. Bedakan itu.

Tapi, tunggu dulu. Air antri lubang? Berarti lubang saluran masuk air ke got jumlahnya sedikit , dong. Tidak sesuai jumlah seharusnya. Misalnya dipatok 20 lubang per 100 meter jalan, ternyata hanya ada 10 lubang.

Lalu kemana hilangnya lubang-lubang itu? Kemana  perginya sepuluh lubang per 100 meter jalan, menurut contoh hipotetik di atas?  

Jangan-jangan ada maniak lubang sedang gentayangan di Jakarta.  Lubang-lubang itu dikorupsi untuk kepentingan sendiri. Mungkin  dipasang di pekarangan rumah sendiri.  Atau dipajang di lemari koleksinya.

Absurd? Memang. Secara fisik lubang air itu ruang kosong. Secara budget dia negatif, karena menghemat batu, pasir, semen, dan tenaga.  Jadi apa yang dikorupsi dan bagaimana caranya? Itu kan ibarat mencuri noktah putih dari Lubang Hitam (Black Hole).

Hanya pencoleng level dewa yang bisa melakukannya. Namanya Hermes. Mungkin memang ada manusia Jakarta yang selihai dia. Indikasinya, di kota ini banyak isteri pejabat memiliki tas berharga selangit bermerek nama dewa itu.

Tapi seandainya lubang-lubang pelarian (outlet) air di jalanan itu tak dikorupsi, maka harus dipertanyakan nilai mata pelajaran Fisika Kepala Dinas SDA. Sekurang-kurangnya nilai ujian Mekanika Fluida.  Curah hujan di Jakarta dapat diperkirakan.  Debit air permukaan dapat dihitung. Lha,  total jumlah dan diameter lubang air masuk got yang diperlukan kok ya defisit.  

Itu berarti kompetensi Dinas SDA di bidang perlubangan sangat rendah.  Perlu diadakan pelatihan metode dan teknik perlubangan untuk pegawainya. Kalau perlu, mumpung era teknologi 4.0, dilatihkan sistem E-Lubang. Lubangnya buka-tutup sesuai volume curah hujan dan debit air permukaan.

Kurangnya kompetensi itu juga terindikasi dari kegagal menciptakan "Jakarta Kota Sejuta Lubang". Untuk mewujudkan janji Gubernur Anies tentang drainase vertikal. Air masuk ke bawah tanah sesuai sunatullah-nya. Artinya, air harus diberi lubang untuk masuk ke dalam tanah, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun