Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Revolusi KGB" pada Hari Natal dan Tahun Baru di Tanah Batak

23 Desember 2019   11:29 Diperbarui: 24 Desember 2019   09:38 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai pertengahan paruh kedua 1970-an, perayaan Natal dan Tahun Baru di Panatapan masih identik dengan lampet, sasagun dan kopi kental. Tak ada Natal dan Tahun Baru tanpa, minimal, sasagun.

Tapi "Revolusi KGB" datang melindas kue-kue Natal dan Tahun Baru buatan tangan sendiri itu di penghujung paruh pertama 1980-an. Kue-kue bikinan pabrik "Khong Guan Biscuits" (KGB) mulai merambah pasar-pasar di Tanah Batak.

Kue-kue kering KGB, dengan predikat "kue kota", mulai masuk menggantikan lampet, sasagun, kamvang kayang, kue bawang, dan kacang tojin.

Pada mulanya kehadiran KGB di rumah-rumah warga Panatapan adalah prestise. Bayangkan, "kue kota", itu sebuah kemewahan sekali setahun. Warga Panatapan dulu tidak ada yang membeli KGB untuk dinikmati sendiri. Itu terlalu mewah. Makan KGB harus ada momen khusus.

Memasuki paruh kedua tahun 1980-an, kehadiran KGB di rumah-rumah warga Panatapan telah menjadi semacam "tradisi baru". Lampet, sasagun, kambang layang dan kue bawang mulai menyurut.

KGB dianggap lebih praktis, enak dan bergengsi. Lampet dan kawan-kawanya dinilai terlalu merepotkan. Perlu berpeluh untuk menyiapkannya.


Tapi itulah, revolusi punya sisi positif dan negatifnya sendiri. Sisi positifnya, warga Panatapan tidak perlu berpeluh lagi untuk membuat kue Natal dan Tahun Baru. Cukup beli di pasar, lalu hidangkan. Praktis.

Sisi negatifnya adalah hilangnya sentuhan pribadi tuan rumah sebagai wujud penghargaan pada tetamu. Dengan KGB maka "rasa" Natal dan Tahun Baru menjadi sama dari satu ke lain rumah. Itulah "rasa pabrik" yang kesan pertama enak, selanjutnya membosankan. 

Bayangkan jika harus makan buskuit denfan rasa serupa di dalam sepuluh rumah dalam satu hari. Itu siksaan selera, kecuali mungkin bagi para "maniak buskuit".

Memasuki milenium ketiga ini, di Panatapan telah timbul kerinduan pada kue-kue Natal dan Tahun Baru asli Batak. Warga dan tetamu rindu pada lampet, sasagun, kambang layang, kue bawang, dan kacang tojin buatan tangan tuan rumah. 

Sebab KGB dan ragam kue-kue pabrikan bukan lagi sajian berprestise. Semua orang kini bisa beli di pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun