Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Asem Buto, Pohon Pangan yang Angker di Sukamandi

31 Oktober 2019   10:38 Diperbarui: 2 November 2019   16:17 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asem buto (Adansonia digitata L.) atau Baobab Afrika, spesimen konservasi untuk keperluan riset dan pendidikan di Komplek SHS Sukamandi (Dokumentasi Pribadi)

Karena ukurannya yang raksasa, juga usia tuanya, penghuni komplek pegawai SHS Sukamandi lazimnya bilang pohon asem buto itu sangat angker. Beredar rumor tentang banyaknya mahluk halus yang tinggal di situ.

Seorang pegawai SHS, yang rumahnya berhadapan dengan pohon itu, berusaha meyakinkan saya bahwa asem buto itu adalah kraton kerajaan mahluk halus di Sukamandi. Pokoknya, diklaim, pohon tersebut sangat angker. Klaim yang tidak guna dibantah. Tapi juga tidak perlu diterima sebagai fakta.

Ketimbang sibuk membicarakan keangkerannya, lebih baik menggali manfaat darinya. Tidak banyak yang tahu bahwa asem buto itu sarat manfaat.

Penelusuran informasi di Wikipedia menunjukkan bahwa hampir semua bagian pohon ini bermanfaat. Kulitnya yang tahan api sangat baik untuk serat bahan pembuat tali dan pakaian. Daunnya bermanfaat untuk obat herbal dan bumbu masak. Bisa juga dikonsumsi langsung sebagai lalapan segar, rasanya seperti kemangi (basil).

Buah asem buto dalam perbandingan ukuran dengan buah mangga gedong gincu (Dokumentasi Pribadi)
Buah asem buto dalam perbandingan ukuran dengan buah mangga gedong gincu (Dokumentasi Pribadi)
Buahnya apa lagi. Bisa menjadi bahan pangan pokok dan bahan baku industri makanan dan kosmetika. Bentuk buahnya mirip cempedak, tapi berbulu seperti bisbul, dengan cangkang keras pelindung biji dan serat daging buah.

Rasa buah agak asam segar mirip jeruk. Itu sebabnya pohon ini dinamai asem buto (asem raksasa). Buah baobab ini kaya vitamin C, potassium, karbohidrat, dan phosfor. Bisa dikonsumsi segar, atau terlebih dahulu diolah dan dimasak, atau dikeringkan untuk dijadikan tepung bahan makanan.

Batang baobab atau asem buto ini juga tak kurang manfaatnya. Ukuran batang yang sangat besar, bisa mencapai diameter 11 meter dan tinggi 30 meter, dapat menyimpan air dampai 120,000 liter.

Air ini digunakan untuk bertahan hidup selama musim kering, dambil juga daunnya digugurkan sampai meranggas, untuk meminimalkan penguapan. Penduduk Afrika terbiasa memotong ranting baobab, atau menetak batangnya, untuk mendapatkan air minum.

Bagian dalam batang asem buto tua kosong (growok), membentuk ruang besar. Di Afrika lubang pohon ini dimanfaatkan sebagai tempat tinggal atau bahkan tempat usaha. Atau jika tidak dimanfaatkan manusia, lazim dimanfaatkan hewan liar sebagai sarang. Lubang pohon asem buto di Sukamandi misalnya dimanfaatkan luwak/musang, berang-berang, biawak, bahkan ular sebagai sarang.  

Buah asem buto menggelayut di ranting yang sedang meranggas (Dokumentasi Pribadi)
Buah asem buto menggelayut di ranting yang sedang meranggas (Dokumentasi Pribadi)
Pantaslah jika asem buto ini dijuluki sebagai "pohon kehidupan" (tree of life). Sebab sarat manfaat untuk menunjang kehidupan manusia, khususnya sebagai bahan makanan dan minuman. Pohon ini digadang-gadang sebagai sumber pangan pokok warga dunia di masa depan. 

Tambahan usia pohon ini sangatlah panjang, bisa mencapai ribuan tahun. Baobab tertua, sekitar 6,000-an tahun terdapat di Limpopo, Afrika Selatan. Tingginya 22 meter, diameter batang 15.9 meter, dan lingkar batangnya mencapai 47 meter. Lubang dalam batang pohon itu dimanfaatkan sebagai ruang pub, dikenal sebagai "The Big Baobab Pub".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun