Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Para Perempuan Jagal di Jakarta

23 Juni 2019   20:57 Diperbarui: 24 Juni 2019   09:46 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang perempuan jagal ayam sedang memainkan goloknya di Pasar PSPT Tebet Jakarta Selatan| Dokumentasi Pribadi

Saya tak hendak membayangkan jika kondisi psikologis jagal ayam semacam itu terbawa ke dalam rumah saat berselisih dengan suaminya. Tapi itulah fakta yang bisa disaksikan kini di pasar-pasar tradisional di Jakarta kini.

Lalu, hal kedua, proses dominasi perempuan di ranah dagang ayam karkas itu, adalah peralihan dari laki-laki ke perempuan. Pada awalnya adalah para suami, kemudian para istri menggantikan suami yang meninggal dunia atau merintis usaha serupa di pasar lain atau membuka usaha lain dalam rangka meningkatkan ekonomi keluarga.

Bu Odah (pseudonym) sedang beraksi dengan goloknya di Pasar PSPT Tebet Jakarta Selatan, 23 Juni 2019| Dokumentasi Pribadi
Bu Odah (pseudonym) sedang beraksi dengan goloknya di Pasar PSPT Tebet Jakarta Selatan, 23 Juni 2019| Dokumentasi Pribadi
Masuknya perempuan ke ranah jagal ayam di pasar tradisional secara teknis sebenarnya masuk akal. Aksi memotong-motong ayam dagangan di pasar lebih sebagai komersialisasi keahlian para perempuan memotong-motong ayam saat kegiatan memasak di rumah. Artinya, keahlian domestik dikomersilkan di area publik, atau pasar tradisional dalam hal ini.

Satu hal yang menarik dikaji lebih dalam, pasar tradisional agaknya kini menjadi arena proses kesetaraan gender berlangsung secara natural, tanpa intervensi program pengarus-utamaan gender dari pihak "luar". 

Pasar tradisional di Jakarta kini adalah tempat perempuan menjual daging ayam sementara laki-laki menjual bumbu-bumbunya berikut sayur-mayur. Mungkin para penggiat kesetaraan gender perlu lebih banyak belajar ke sana.

Demikian laporan singkat saya, Felix Tani, petani mardijker, pengamat amatiran masalah kesetaraan gender di lapis bawah.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun