Saya tak hendak membayangkan jika kondisi psikologis jagal ayam semacam itu terbawa ke dalam rumah saat berselisih dengan suaminya. Tapi itulah fakta yang bisa disaksikan kini di pasar-pasar tradisional di Jakarta kini.
Lalu, hal kedua, proses dominasi perempuan di ranah dagang ayam karkas itu, adalah peralihan dari laki-laki ke perempuan. Pada awalnya adalah para suami, kemudian para istri menggantikan suami yang meninggal dunia atau merintis usaha serupa di pasar lain atau membuka usaha lain dalam rangka meningkatkan ekonomi keluarga.
Satu hal yang menarik dikaji lebih dalam, pasar tradisional agaknya kini menjadi arena proses kesetaraan gender berlangsung secara natural, tanpa intervensi program pengarus-utamaan gender dari pihak "luar".Â
Pasar tradisional di Jakarta kini adalah tempat perempuan menjual daging ayam sementara laki-laki menjual bumbu-bumbunya berikut sayur-mayur. Mungkin para penggiat kesetaraan gender perlu lebih banyak belajar ke sana.
Demikian laporan singkat saya, Felix Tani, petani mardijker, pengamat amatiran masalah kesetaraan gender di lapis bawah.***