Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Belanja di Pasar Tebet, Dapat Angpau dan Ayam Gratis

25 Mei 2019   22:01 Diperbarui: 26 Mei 2019   17:58 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begini. Pedagang sayuran dan pedagang ayam itu adalah pengusaha-pengusaha kecil, kategori "orang kecil". Jika dibanding pada pengusaha supermarket. Kami, pembeli, memang bukan orang kaya, tapi kami (pembeli) adalah "raja". 

Para pedagang kecil itu harus membina hubungan baik dengan "raja"-nya, yaitu para pelanggan setia. Itu budaya tani kecil yang mereka pertahankan di kota.

Rupanya Mang Asep dan Bu Odah menilai kami termasuk "raja" karena pelanggan setia. Kami adalah bagian dari sumber rejeki tetap untuk mereka. Maka sepantasnya diungkapkan rasa syukur. Maka angpau Rp 100,000 dan seekor ayam gratis itu sejatinya adalah simbol rasa syukur mereka. 

Bagi kami maknanya adalah berkah. Bahwa rasa syukur itu mereka sampaikan pada bulan Ramadhan, menjelang Lebaran, tak bisa lain karena Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan syukur.

Tadinya isteriku sudah khawatir harga sembako membubung di pasar. Maklum sebentar lagi Lebaran.  Dalam dua minggu terakhir harga-harga kebutuhan pokok memang mengalami kenaikan. Para pedagang jujur memberitahukan pada pelanggan. Bukan bermaksud meraup untung. Tapi harga dari pedagang pengumpul juga sudah naik.

Para pedagang kecil di pasar tradisional, seperti Pasar PSPT Tebet, tidak pernah mau mengambil untung lebih dari yang selayaknya. Terlalu banyak padagang produk serupa di sana. 

Kemahalan sedikit saja bisa berakibat kehilangan pelanggan. Jadi, kalau pedagang sayur dan pedagang ayam itu memberi rejeki untuk kami, itu mereka berikan dari keterbatasannya.

Bandingkan dengan pengusaha supermarket yang cenderung berwatak monopolistik. Di bulan Ramadhan, apalagi mendekati Lebaran, mereka "bermurah hati" memberi "potongan harga" (konon setelah dinaikkan dulu). Terkesan baik hati tapi sejatinya mereka memberi (potongan harga) dari kelimpahannya.  

Begitulah kisah dua pengalaman mendapat berkah pagi hari di pasar, dari saya Felix Tani, petani mardijker, percaya rejeki kakek saleh tidak lari ke lain tempat.***
 
 
 
 
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun