Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal "Negeri Matahari Terbit" di Tanah Batak

6 November 2018   12:39 Diperbarui: 6 November 2018   19:40 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama persawahan di Batunabolon, Parsoburan (Foto: sisyeline.wordpress.com)

Sebagai ekspresi sakit hatinya, Raja Mardongan menanggalkan marga Siagian dan mengenakan marga baru Pardosi. (Sekarang disebut Siagian-Pardosi).

Di Habinsaran, Raja Mardongan menikah dengan Boru Doloksaribu dan beranakkan Raja Urang (Menurut satu versi cerita, sebenarnya Raja Mardongan tidak menikahi Boru Doloksaribu, tapi merawatnya sampai melahirkan setelah diselamatkan dari percobaan bunuh diri dalam keadaan hamil).

Kemudian menikah juga dengan Boru Naiborhu dan beranakkan Raja Hujurbatu, Raja Pamahar, Raja Ledung, dan Raja Manorsa. 

Lima anak ini kemudian menjadi lima kelompok Pardosi yang menyebar di wilayah Habinsaran, termasuk Nassau dan Borbor. Jika berkunjung ke Parsoburan Tengah, maka di sana bisa disaksikan bangunan Tugu Raja Pardosi.

Potensi Agribisnis Habinsaran

Potensi agribisnis terbesar yang masih kurang sentuhan di Habinsaran adalah perkebunan tiga komoditas utama yaitu kopi, kemenyan (haminjon), dan andaliman. Produksi tiga komoditas itu masih mengandalkan perkebunan rakyat.

Selain itu sebenarnya ada potensi perkebunan teh Sibosur yang dikelola PTPN IV. Tapi kini terlantar akibat konflik pertanahan dengan warga setempat.

Sangat disayangkan karena perkebunan ini sebenarnya warisan kolonial, satu-satunya perkebunan teh di Tanah Batak. Kebun teh Sibosur sangat bagus untuk produksi teh hijau.

Perkebunan kopi rakyat di Habinsaran (Foto: trubus-online.co.id)
Perkebunan kopi rakyat di Habinsaran (Foto: trubus-online.co.id)
Sekarang mulai masuk juga perkebunan kelapa sawit. Ini sebenarnya berpotensi ancaman bagi ekonomi rakyat di Habinsaran. Lazimnya perkebunan sawit sangat ekspansif, dan punya kecenderungan melalap areal hutan dan sawah.

Kalau tak dikendalikan dengan bijak, perkebunan sawit yang kapitalistik akan melalap kopi, kemenyan, andaliman, dan padi rakyat. 

Bukan sebuah kebetulan juga perkebunan sawit mulai tumbuh di Habinsaran bersamaan dengan kegiatan penebangan hutan untuk pasokan bahan baku pabrik pulp di Porsea. Penebangan hutan selalu membuka jalan masuk untuk kebun sawit.

Sebelum kebun sawit meraja dan melalap kebun rakyat (kopi, kemenyan, andaliman) ada baiknya jika Pemerintah Kabupaten Tobasa dan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara mulai serius memalingkan muka ke Habinsaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun