Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosiologi Pekuburan, Ada Tim "Buser" di Kampung Kandang Jakarta

25 September 2017   09:28 Diperbarui: 25 September 2017   09:33 2095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anggota Tim Buser TPU Kampung Kandang Jakarta sedang menjalankan tugas (Dokpri)

"Siapa yang memberi nama Buser itu?" "Dinas, Pak. Kami diberi seragam kaos ijo. Sudah ada tulisan Buser seperti ini." "Ooo...begitu."

"Tim Buser ini statusnya Pekerja Harian Lepas ya Pak Maman?" "Leres, Pak, kami pe-ha-el." Maksud Pak Maman, PHL, singkatan Pekerjaan Harian Lepas.

"Ada berapa orang pe-ha-el di sini?" tanya saya lebih lanjut.  "Semuanya empat puluh dua orang, Pak," jawab Pak Maman, sambil beringsut ke bawah naungan pohon mahoni. Hari ini bertepatan equinox, matahari tepat di atas  katlistiwa pada jarak terdekat ke bumi Indonesia. Jadi, pagi hari suhu udara sudah terasa menyengat.

Bagusnya, pekuburan Kampung Kandang dihijaukan dengan pepohonan. Ada antara lain mahoni, tanjung, sawo kecik, bintaro, ketapang, dan pule. Dengan tegakan pepohonan itu, pekuburan ini telah menjadi paru-paru kota. Sebuah ironi yang indah sebenarnya. Pembaringan ribuan orang yang telah hilang nafas ini, ikut memberi udara segar untuk nafas hidup jutaan warga Jakarta.

"Semua asal Karawang?" tanya saya lagi. "Leres, Pak." "Kok bisa semua dari Karawang?" "Dulu diajak teman, Pak. Karena orang sini gak ada yang mau kerja kuburan." "Ooo...begitu." Saya sebenarnya cuma mau konfirmasi saja. Sebab sudah tahu cerita itu dari perawat makam kerabat saya.

"Kenapa Pak Maman dan kawan-kawan bisa menjadi pe-ha-el? Sedangkan pekerja yang lain tidak?" Saya coba tanya lebih jauh.

"Syarat pe-ha-el kan harus ka-te-pe Jakarta, Pak.  Saya dan sebagian teman urus ka-te-pe Jakarta. Maka bisa diangkat pe-ha-el. Yang lain tidak mau urus ka-te-pe Jakarta. Karena lebih milih tetap jadi orang Karawang. Maka gak jadi pe-ha-el." Pak Maman menjelaskan.

"Selain itu, belum ada lagi lowongan pe-ha-el," lanjutnya.

"Kalau boleh tahu, teman-teman Buser dapat honor berapa per bulannya?" "Kami dapat tiga tiga, Pak," jawab Pak Maman. Maksudnya Rp 3.3 juta per bulan. Berarti sama dengan UMP DKI Jakarta untuk tahun 2017 yaitu Rp 3.35 juta per bulan.

"Pak Maman tinggal dengan keluarga di sini?" "Leres, Pak. Saya dengan istri dan dua anak. Tinggal di bedeng. Di pojokan areal makam sana," telunjuk Pak Maman menunjuk arah utara makam.

"Cukup tiga juta tigaratus ribu rupiah untuk biaya hidup keluarga sebulan?" Ini pertanyaan standar untuk pendalaman,  karena saya tahu pasti tidak cukup. "Ya, dicukupkan, Pak. Rejeki mah ada aja." "Dari mana?" "Ya, dari merawat makam keluarga. Dari pemberian keluarga waktu gali tutup kubur."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun