Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosiologi Pekuburan, Ada Tim "Buser" di Kampung Kandang Jakarta

25 September 2017   09:28 Diperbarui: 25 September 2017   09:33 2095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anggota Tim Buser TPU Kampung Kandang Jakarta sedang menjalankan tugas (Dokpri)

  

Sabtu pagi  23 September 2014 di areal pekuburan Kampung Kandang, Jakarta Selatan. Sekelompok pasukan dengan tulisan "Buser" di bagian dada seragam warna hijaunya beraksi di pekuburan Kampung Kandang, Jakarta Selatan.

Setiap anggota pasukan mengambil posisi  tertentu di wilayah pekuburan. Masing- masing menggengam satu perangkat operasi di tangan, dan satu lagi tergantung di pinggang.

Ada apa gerangan? Apakah ada buronan penjahat kelas kakap bersembunyi di pekuburan Kampung Kandang? Atau mungkin ada gembong kriminal hendak dimakamkan di sana?

Penasaran, saya menghampiri seorang dari anggota pasukan tersebut. "Pak, maaf, itu tulisan 'Buser' di dada, kepanjangannya apa?" tanya saya. "Buruh Serabutan, Pak," jawabnya sambil tertawa dalam nada rada getir.

"Buruh Serabutan? Buser...? Eh, buset..." kata saya, dalam hati. Yang keluar dari mulut, "Oooh...," sambil ikut tertawa getir.

Ya, pasukan yang saya sebut di awal adalah Tim Buruh Serabutan, Pemakaman Kampung Kandang , Jakarta Selatan. Disebut dengan  Tim Buser.

Sabtu pagi itu mereka sedang menjalankan aksi bersih-bersih di seluruh areal pemakaman. Setiap orang mengoperasikan peralatan masing-masing, sapu lidi di tangan, dan golok di pinggang. Sebagian lagi mengoperasikan mesin potong rumput gendong.

"Punteun, bapak namanya siapa?" tanya saya pada anggota Tim Buser tadi. "Saya Maman, Pak," jawabnya ramah.

"Pak Maman dari Karawang juga?" Saya coba konfirmasi, karena sudah tahu pekerja di Kampung Kandang semua berasal dari Karawang. "Leres, saya dari Rengasdengklok. Mungkin bapak tahu," jawabnya.

"Tentu saja saya tahu. Itu kota kecil tempat Soekarno dan Hatta diamankan sejumlah pemuda pejuang kemerdekaan tanggal 16 Agustus 1945," kata saya dalam hati. "Pak Maman tahu rumah Djiauw Kie Siong?" Pertanyaan itu urung terlontar dari mulut saya. Sadar,  Pak Maman tak ada hubungannya dengan pemilik rumah tempat mengamankan Dwi Tunggal Proklamator kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun