Namun demikian, penting juga untuk tidak terjebak dalam formalisme semata. Pendidikan sejati bukan soal mengumpulkan sertifikat, tetapi menumbuhkan karakter, etika, dan kemauan untuk terus belajar. Ijazah adalah penanda perjalanan, tapi nilai sesungguhnya terletak pada bagaimana kita menjalani proses itu.
Hari ini, dunia berubah cepat. Banyak profesi baru bermunculan yang tak tercantum dalam buku pelajaran. Maka, pendidikan yang baik adalah yang mampu menyiapkan peserta didik bukan hanya untuk ujian sekolah, tapi untuk ujian hidup. Dalam konteks inilah, ijazah tetap penting—namun bukan satu-satunya yang penting.
Menjaga Marwah Pendidikan di Tengah Era Disinformasi
Langkah Jokowi ke Polda adalah tamparan halus bagi publik yang terlalu cepat menyimpulkan dan terlalu mudah menyebarkan informasi. Ia adalah pengingat bahwa integritas tidak bisa diremehkan, dan bahwa pendidikan masih menjadi pilar utama dalam membangun kepercayaan publik.
Di tengah gempuran narasi “anti-ijazah” yang seringkali prematur, kita justru harus lebih bijak dalam memaknai pendidikan. Bahwa ijazah bukan tujuan akhir, tetapi bagian dari proses panjang yang membentuk manusia seutuhnya. Menjadi pembelajar sepanjang hayat adalah prinsip yang seharusnya lebih dielu-elukan dibandingkan sekadar gelar semata.
Ijazah memang bukan segalanya. Tapi ia tetap penting—sebagai bukti legal, sebagai simbol kejujuran, dan sebagai pengingat bahwa setiap pencapaian harus melalui proses. Maka, sebelum kita ikut-ikutan meremehkan “kertas itu”, ada baiknya kita bertanya: apakah kita sudah menghargai proses di baliknya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI