Mohon tunggu...
@Bapaksocio_
@Bapaksocio_ Mohon Tunggu... Pengajar dan juga Pembelajar Aktif

Menyukai kajian seputar isu pendidikan, sosial, budaya, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Mengungkap Rahasia; Mengapa Banyak Pria Suka Jajan Di Luar

23 April 2025   10:49 Diperbarui: 23 April 2025   10:49 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Montenegro dan bukunya (Sumber: Disadur dari Google)

Di balik gemerlap malam dan sunyinya lorong-lorong yang dilalui dalam diam, ada satu nama yang mencuat dari dunia gelap yang jarang dibicarakan secara terbuka: Gwyneth Montenegro. Seorang perempuan yang menghabiskan 12 tahun hidupnya sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK), dan kini memilih untuk bersuara---bukan untuk mencari sensasi, melainkan untuk menyampaikan sebuah kebenaran tentang hubungan manusia yang begitu dalam dan rumit.

Kisah Gwyneth bukan sekadar statistik yang mengejutkan---lebih dari 10.000 pria telah ia layani sepanjang kariernya. Namun, angka hanyalah permukaan. Di balik itu, ada pengalaman batin yang luar biasa kompleks. Gwyneth tidak serta-merta memilih menjadi PSK karena ketertarikan atau ambisi. Ia memulainya setelah mengalami trauma berat: pelecehan seksual yang dilakukan oleh sekelompok pria saat ia masih sangat muda.

Dunia tidak memberinya waktu untuk pulih. Alih-alih mendapatkan perlindungan, ia malah tersesat dalam dunia yang menurutnya "mematikan emosi." Dunia di mana tubuh dijadikan alat tukar, dan perasaan dikunci rapat agar tidak hancur.

Namun, Gwyneth bertahan. Dan lebih dari itu---ia mengamati.

Sebuah Dunia yang Membuka Mata

Dari ribuan pria yang ia temui, dari percakapan singkat sebelum dan sesudah 'transaksi', Gwyneth menemukan satu benang merah yang menyatukan mereka. Dalam bukunya yang berjudul 10,000 Men and Counting, ia tidak hanya menceritakan kisahnya, tetapi juga membagikan hasil perenungan yang mengagetkan banyak orang---terutama para istri.

Mengapa suami mereka "jajan" di luar, padahal di rumah punya istri yang cantik dan setia?

Jawaban Gwyneth bukan tuduhan, bukan pula pembenaran. Ia menyampaikan bahwa kebanyakan pria tidak mencari seks semata. Mereka mencari perasaan diinginkan.

"Bukan posisi atau variasi yang mereka cari. Tapi momen ketika seorang wanita dengan penuh hasrat menginginkan mereka. Pria ingin merasa dibutuhkan. Diinginkan. Dipandang sebagai sosok penting, bukan sekadar 'suami'." --- Gwyneth Montenegro

Pernyataan ini membuat banyak perempuan tersentak. Tidak sedikit yang menuduh Gwyneth sebagai pemicu keretakan rumah tangga. Tapi banyak pula yang justru tersadar: komunikasi, koneksi emosional, dan penghargaan terhadap pasangan sering kali hilang dalam rutinitas rumah tangga.

Ketika akhirnya memutuskan pensiun, Gwyneth menyadari bahwa dunia tidak mudah memberinya tempat. Ia mencoba bekerja secara profesional, namun kondisi kesehatan memaksanya berhenti. Ia divonis mengalami gagal ginjal, yang membuatnya kehilangan lisensi kerja dan kembali terpuruk secara finansial.

Tapi perempuan ini tak menyerah. Ia mengubah luka menjadi kekuatan. Melalui buku dan wawancara publik, ia mengangkat isu-isu perempuan, khususnya soal pemberdayaan dan keberanian untuk bangkit dari masa lalu.

Kini, ia aktif berbicara tentang pentingnya perempuan menemukan kembali jati dirinya, bahkan dari reruntuhan pilihan masa lalu. Ia juga terlibat dalam berbagai program pendampingan perempuan yang terjebak dalam dunia prostitusi---membimbing mereka yang ingin keluar, dengan cara yang manusiawi dan realistis.

Sebuah Cermin untuk Kita Semua

Cerita Gwyneth Montenegro adalah kisah keberanian untuk jujur---jujur tentang trauma, jujur tentang industri seks, dan jujur tentang relasi pria-wanita yang sering kali kita anggap sudah baik-baik saja, padahal menyimpan retakan tak kasat mata.

Kita hidup dalam masyarakat yang gemar menghakimi, tapi sering abai pada akar persoalan. Gwyneth tidak datang sebagai pahlawan, apalagi sebagai korban semata. Ia datang membawa cermin.

Cermin untuk para suami: sudahkah Anda benar-benar hadir, bukan sekadar pulang?

Cermin untuk para istri: sudahkah Anda berbagi cinta, bukan hanya rutinitas?

Dan cermin untuk masyarakat: sudahkah kita membangun sistem yang memanusiakan semua orang---termasuk mereka yang pernah terjatuh?

"Saya tak bangga dengan masa lalu saya, tapi saya tak malu." -- kalimat ini ditulis Gwyneth dengan tegas dalam pengantar bukunya.

Ia tidak meminta simpati. Ia menawarkan pelajaran.

Bahwa kehidupan tidak melulu tentang benar atau salah. Kadang, kehidupan hanya tentang bertahan. Dan jika seseorang bisa mengubah luka menjadi cahaya, maka mungkin, kita semua juga bisa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun