Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah, bukan hanya dalam hal ibadah, tetapi juga sebagai bulan pembelajaran bagi setiap Muslim. Di bulan ini, kita diajarkan untuk melatih kesabaran, menahan hawa nafsu, serta meningkatkan empati dan tanggung jawab terhadap sesama.
Salah satu pelajaran penting dalam Ramadan yang sering terlupakan adalah kepemimpinan dan amanah.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat banyak orang berlomba-lomba mengejar jabatan dan kekuasaan, seolah-olah posisi tinggi adalah tujuan akhir dalam hidup. Namun, pertanyaannya, bagaimanakah Ramadan mengajarkan kita bahwa kepemimpinan bukan tentang kekuasaan, melainkan tanggung jawab yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Sebagaimana dalam sebuah hadis yang menjadi asbabun nuzul ayat 6-7 surat Al A'raf, Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap orang adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin. Seorang pemimpin negara akan ditanya tentang rakyatnya, seorang kepala keluarga tentang keluarganya, seorang istri tentang rumah tangganya, bahkan seorang pekerja atau pegawai pun memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.
"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya."(HR. Buchari).
Namun realitasnya di lingkungan kita, orang-orang pada berebut kekuasaan; berebut jabatan. Fenomena berebut jabatan bukanlah hal baru dalam kehidupan manusia. Di berbagai bidang, baik di pemerintahan, organisasi, maupun lingkungan kerja, kita sering menyaksikan orang-orang berlomba-lomba meraih posisi tertentu.Â
Mereka berusaha menarik simpati, membangun citra, bahkan tak jarang menggunakan cara-cara yang tidak sehat demi mendapatkan kekuasaan. Namun, setelah berhasil menduduki jabatan yang diidamkan, tidak sedikit yang justru lalai terhadap tanggung jawabnya. Jabatan yang awalnya terlihat sebagai berkah, pada akhirnya bisa menjadi bencana jika tidak dijalankan dengan amanah.
Bayangkan seseorang yang memperebutkan sebuah mahkota raja. Dari kejauhan, mahkota itu tampak indah, berkilauan, dan penuh pesona. Namun, begitu dikenakan, ia merasakan betapa beratnya mahkota itu. Beban yang dulu tidak terlihat kini terasa menghimpit kepala dan pundaknya. Begitu pula dengan kepemimpinan---di balik segala kehormatan yang terlihat dari luar, ada tanggung jawab besar yang harus dipikul.
Mari Merenung!
Ramadan adalah waktu yang tepat untuk merenungkan kembali makna kepemimpinan. Dalam kondisi lapar dan haus, kita belajar bahwa seorang pemimpin harus mampu memahami dan merasakan kesulitan orang-orang yang ia pimpin. Ramadan mengajarkan kita bahwa kepemimpinan sejati bukanlah tentang menikmati kemewahan dan fasilitas, tetapi tentang melayani dengan ketulusan dan tanggung jawab.
Kepemimpinan sejati bukanlah soal memerintah, tetapi melayani. Seorang pemimpin yang baik bukan hanya memikirkan kepentingan pribadinya, tetapi juga kesejahteraan orang-orang yang ia pimpin.
Kepemimpinan Sejati itu Melayani, Bukan Dilayani!
Lihatlah Rasulullah SAW, pemimpin terbaik sepanjang sejarah. Meski beliau adalah utusan Allah dan pemimpin umat, beliau tetap hidup sederhana, mendengarkan keluhan rakyatnya, dan bekerja langsung untuk memastikan keadilan ditegakkan. Begitu pula dengan para khalifah yang mengutamakan kesejahteraan rakyat di atas kepentingan pribadi mereka.
Jika kita diberi amanah sebagai pemimpin---di sekolah, di tempat kerja, atau di masyarakat---maka yang pertama harus kita tanyakan bukanlah "Apa yang bisa saya dapatkan dari jabatan ini?", tetapi "Apa yang bisa saya berikan kepada orang-orang yang saya pimpin?"
Bulan Ramadan mengajarkan kita bahwa setiap amanah akan dipertanggungjawabkan. Puasa melatih kita untuk jujur pada diri sendiri, mengendalikan keinginan duniawi, dan mendisiplinkan diri. Nilai-nilai inilah yang juga harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Jabatan itu bukan hak, melainkan ujian.
Pada akhirnya, jabatan hanyalah sementara. Yang akan kekal adalah jejak kebaikan yang kita tinggalkan dan bagaimana kita mempertanggungjawabkan amanah tersebut di hadapan Allah.
Jadi, apakah kita masih ingin berebut jabatan tanpa memahami beratnya tanggung jawab yang menyertainya? Ataukah kita ingin menjadi pemimpin yang benar-benar amanah, meski tanpa sorotan dan sanjungan? Ramadan adalah momen terbaik untuk merenungkan hal ini.
Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menjadi pemimpin yang adil dan bertanggung jawab, baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Aamiiin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI