Kepemimpinan sejati bukanlah soal memerintah, tetapi melayani. Seorang pemimpin yang baik bukan hanya memikirkan kepentingan pribadinya, tetapi juga kesejahteraan orang-orang yang ia pimpin.
Kepemimpinan Sejati itu Melayani, Bukan Dilayani!
Lihatlah Rasulullah SAW, pemimpin terbaik sepanjang sejarah. Meski beliau adalah utusan Allah dan pemimpin umat, beliau tetap hidup sederhana, mendengarkan keluhan rakyatnya, dan bekerja langsung untuk memastikan keadilan ditegakkan. Begitu pula dengan para khalifah yang mengutamakan kesejahteraan rakyat di atas kepentingan pribadi mereka.
Jika kita diberi amanah sebagai pemimpin---di sekolah, di tempat kerja, atau di masyarakat---maka yang pertama harus kita tanyakan bukanlah "Apa yang bisa saya dapatkan dari jabatan ini?", tetapi "Apa yang bisa saya berikan kepada orang-orang yang saya pimpin?"
Bulan Ramadan mengajarkan kita bahwa setiap amanah akan dipertanggungjawabkan. Puasa melatih kita untuk jujur pada diri sendiri, mengendalikan keinginan duniawi, dan mendisiplinkan diri. Nilai-nilai inilah yang juga harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Jabatan itu bukan hak, melainkan ujian.
Pada akhirnya, jabatan hanyalah sementara. Yang akan kekal adalah jejak kebaikan yang kita tinggalkan dan bagaimana kita mempertanggungjawabkan amanah tersebut di hadapan Allah.
Jadi, apakah kita masih ingin berebut jabatan tanpa memahami beratnya tanggung jawab yang menyertainya? Ataukah kita ingin menjadi pemimpin yang benar-benar amanah, meski tanpa sorotan dan sanjungan? Ramadan adalah momen terbaik untuk merenungkan hal ini.
Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menjadi pemimpin yang adil dan bertanggung jawab, baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Aamiiin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI